CakapCakap – Cakap People! Karena keinginan China untuk mempertahankan kedaulatan mereka dan untuk mengikuti digitalisasi yang pesat, Bank Rakyat Tiongkok (People’s Bank of China / PBOC) membuat terobosan dengan telah mengeluarkan mata uang ‘yuan digital’ pertama mereka pada bulan April 2020.
PBOC memberi wewenang kepada beberapa pemberi pinjaman komersial untuk menguji uang digital yang disebut sebagai Pembayaran Elektronik Mata Uang Digital (Digital Currency Electronic Payment / DCEP) itu di Suzou, Xiong’an, Chengdu, dan Shenzen. Selain itu, uji coba juga dilakukan di lokasi Olimpiade Musim Dingin 2022 mendatang yaitu di Beijing dan Zhangjiakou.
Mantan Gubernur PBOC Zhou Xiaochuan adalah orang yang memprakarsai proyek ini. Dia ingin melindungi negara itu suatu hari nanti dari adopsi standar seperti Bitcoin yang dirancang dan dikendalikan oleh orang lain.
PBOC tidak mengungkapkan detail lengkap tentang cara kerja ‘yuan digital’ tersebut. Namun para konsumen cenderung mengunduh dompet digital di ponsel mereka, dan mengisinya dengan cara mentransfer uang dari rekening bank mereka.
Meski belum ada jadwal khusus, Kementerian Perdagangan China telah merencanakan untuk memperpanjang masa uji coba di lebih banyak kota termasuk Beijing dan Hong Kong.
Menurut laporan Bloomberg, Rabu, 9 September 2020, uji coba yuan digital tersebut memungkinkan pengguna memilih untuk mengkonversi antara uang tunai dan uang digital, memeriksa saldo di rekening, melakukan pembayaran dan pengiriman.
Selama kuartal pertama tahun ini, platform pembayaran seperti Alipay dan WeChat menangani sekitar 7,8 triliun dolar AS transaksi di dalam negeri.
Mayoritas warga negara China sudah menggunakan pembayaran elektronik — termasuk penjual makanan jalanan dari kota-kota kecil yang lebih memilih aplikasi pembayaran di seluler.
Dengan demikian, transisi akan berjalan lancar setelah PBOC melakukan peluncuran resmi nantinya, Los Angeles Times melaporkan pada 4 Mei 2020.
Namun, tidak seperti kartu kredit dan layanan pembayaran milik pribadi, negara itu akan bertanggung jawab atas yuan digital sama seperti dengan uang tunai.
Menurut PBOC, DCEP atau yuan digital ini ‘akan membantu mempercepat perpindahan ke masyarakat tanpa uang tunai dan meningkatkan inklusi keuangan’.
Selain itu, yuan digital ini akan ‘memberi bank sentaral lebih banyak kendali atas pasa pembayaran,’ tulis Bangkok Post dalam laporannya pada Senin, 14 September 2020.
PBOC akan menerbitkan mata uang digital ini ke bank komersial. Ini akan setara dengan jumlah uang tunai atau simpanan di bank sentral. Bank kemudian dapat membagikan DCEP atau yuan digital ini kepada pelanggan yang telah dinyatakan lulus Verifikasi ‘Know Your Customer‘ (KYC).
Pada bulan Agustus, China Construction Bank (CCB) secara diam-diam telah menambahkan layanan dompet digital dengan menggunakan DCEP atau yuan digital tersebut.
Fungsi tersebut belum tersedia secara resmi untuk umum. Sebelum mereka dapat menonaktifkan fitur tersebut, beberapa pelanggan telah berhasil melakukan transaksi kecil, artikel itu menyebutkan.
Pelanggan yang mengetahui tentang fitur itu menautkan akun CCB mereka ke dompet digital mereka. Hasilnya, mereka bisa mentransfer uang ke orang lain baik dengan menggunakan nomor telepon atau ID dompet digital yang unik.
Yuan digital ini akan membuat orang nyaman dan efisien juga. Tetapi tidak seperti uang tunai dan cryptocurrency seperti Bitcoin, transaksi menggunakan yuan digital tidak akan bisa anonim karena buku besar digital yang dapat dilacak. Meskipun beberapa orang mengkhawatirkan hak sipil mereka, hal ini dapat membantu mencegah pencucian uang dan transaksi ilegal lainnya.
Menurut Los Angeles Times, sebuah survei menunjukkan bahwa mayoritas bank sentral dunia mulai menjajaki uang digital. Karena pemerintah China terus meningkatkan sistem pembayaran dan mereka, negara-negara lain itu akan sangat mungkin — mau tidak mau — juga bakal menggunakan teknologi keuangan China.
DCEP atau yuan digital ini juga akan memperkuat upaya lama negara komunis itu untuk menginternasionalkan remninbi, mata uang mereka.