in ,

Wow! Bos Garuda Sebut Tiket Pesawat Lebih Murah dari Ojek Online, Benarkah?

Ini berdasarkan tarif batas atas transportasi di Indonesia

CakapCakap – Harga tiket pesawat tidak pernah benar-benar turun lagi seperti sebelumnya hingga kini, setelah sebelumnya sempat heboh kenaikan mencapai 100 persen. Cakap People yang sering bepergian dengan menggunakan transportasi udara tentu juga merasakannya sendiri. Apalagi, ketika musim liburan tiba, harga tiket pesawat pun langsung meroket drastis, termasuk pada liburan Natal dan Tahun Baru 2020. Namun, sebenarnya harga tiket pesawat di Indonesia sudah termasuk murah.

Plt Dirut Garuda Indonesia Fuad Rizal menyebut tarif pesawat di Indonesia masih lebih murah dari tarif ojek online. Via detik.com

Bahkan, Plt Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Fuad Rizal pun menyebut bahwa tarif pesawat masih lebih murah jika dibandingkan dengan tarif ojek online, seperti yang dilansir laman Detik.com. “Ini bisa dilihat sendiri TBA [tarif batas atas] masing-masing transportasi. Kalau pesawat yang diatur itu kelas ekonomi. Kalau dibandingkan tarif ojek online sudah Rp 2.600 [per km per penumpang]. Kemudian untuk taksi kini sudah Rp 6.500. Jadi biar mengerti semua, memang secara industri tarif penerbangan di Indonesia sudah sangat murah,” ungkap Fuad memberikan pernyataan tersebut.

Sementara untuk untuk TBA pesawat full service carier (FSC) saat ini rata-rata per km hanya sebesar Rp 2.500/km per penumpang. Hal itulah yang menjadi alasan Garuda Indonesia saat ini menentukan harga tarif tiketnya di level paling atas dari ketentuan TBA. Saat ini untuk rata-rata tarif tiket pesawat Garuda Indonesia berada pada angkat 85 persen dari TBA, sedangkan Citilink 70 persen. “Dari tahun 2016, Garuda hanya menjual 60 persen dari tarif range-nya. Citilink 30 persen di bawah. Sehingga secara rata-rata Garuda kenaikan harganya 25 persen, Citilink 40 persn setiap tahunnya,” jelasnya.

Alasannya tarif batas atas pesawat kelas ekonomi masih Rp 2.500/km, sedang ojek online Rp 2.600/km. Via moneter.id

Oleh karena itu pula, masih menurut Fuad, industri penerbangan di Indonesia pada tahun 2016 dan 2017 sangat tidak sehat. Semua maskapai harus menelan banyak kerugian karena hanya menjual tiket dengan harga 60 persen dari TBA, meskipun jumlah penumpang memang mengalami kenaikan.

“Dari sisi harga industrinya sudah tidak sustain sama sekali. Industrinya bisa rusak sendiri dan mati. Sudah lebih dari 15 airlines yang mati dalam 10 tahun, karena kompetisinya tidak sehat,” kata Fuad lagi menambahkan keterangannya. Bagaimana menurut Cakap People?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Keren! Kota Ini Bakal Bersih dari Angkot Pada Tahun 2022

4 Cara Ini Bisa Bikin Bayi Lahir Cerdas loh, Coba yuk!