CakapCakap – Cakap People! Varian baru virus corona Inggris yang menyebar lebih cepat sekarang telah ditemukan setidaknya di 60 negara, meningkat 10 lebih banyak dibandingkan dengan pekan lalu. Demikian diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Rabu, 20 Januari.
Dengan jumlah kematian global sekarang sudah melampaui dua juta, dan varian baru virus corona yang menyebabkan keprihatinan yang mendalam, negara-negara di seluruh dunia bergulat dengan cara memperlambat infeksi sampai vaksin tersedia secara luas.
Sementara itu, varian baru virus corona dari Afrika Selatan, yaitu 501Y.V2, seperti varian baru di Inggris yang diyakini lebih menular tapi tidak lebih mematikan, kini telah dilaporkan di 23 negara dan wilayah, kata WHO dalam update mingguan.
Melansir Al Jazeera, WHO menambahkan jumlah kematian baru akibat virus corona naik ke rekor tertinggi yakni 93.000 selama tujuh hari sebelumnya, dengan 4,7 juta kasus baru selama periode yang sama.
Varian baru virus corona dari Inggris, yang pertama kali terdeteksi pada pertengahan Desember 2020 lalu, oleh WHO diperkirakan 50-70 persen lebih menular daripada jenis aslinya.
Galur tersebut memiliki mutasi yang sama, yang oleh para ilmuwan disebut N501Y. Ini adalah sedikit perubahan pada salah satu titik protein lonjakan yang melapisi virus. Perubahan itu diyakini menjadi alasan strain atau varian baru ini dapat menyebar dengan mudah.
Sebagian besar vaksin yang diluncurkan di seluruh dunia melatih tubuh untuk mengenali protein lonjakan itu dan melawannya. Pfizer dan mitranya dari Jerman BioNTech mengatakan vaksin mereka efektif melawan mutasi yang ditemukan pada varian baru virus Inggris.
Adanya kampanye vaksinasi massal di Amerika Serikat dan Eropa telah membawa harapan bahwa pandemi sudah di depan mata.
Uni Eropa mengatakan pada hari Selasa, 19 Januari 2021, bahwa mereka menargetkan untuk menginokulasi 70 persen dari populasi orang dewasa sebelum akhir Agustus 2021. Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa target dalam empat bulan ke depan bisa menjadi “titik balik dalam perang kita melawan virus ini”.
Tetapi banyak negara Uni Eropa, dan negara lain termasuk India dan Rusia, telah berjuang untuk memulai program inokulasi mereka.
AS tetap menjadi negara dengan wabah virus corona terburuk di dunia dalam jumlah keseluruhan. Pada hari Selasa, 19 Januari 2021, ketika Presiden terpilih AS Joe Biden bersiap untuk menetap di Gedung Putih, negara itu mencapai tonggak sejarah yang suram dengan melaporkan 400.000 kematian. Biden telah menjelaskan bahwa dia tidak akan mengambil risiko setelah pelantikannya pada hari Rabu, 20 Januari 2021.
Beberapa hari terakhir juga terlihat adanya fokus baru tentang awal wabah COVID-19 setahun yang lalu, dengan China membela diri untuk penanganan virus tersebut setelah para ahli independen mengkritik kecepatan respon yang dilakukan negara itu.
Tindakan WHO pada tahap awal pandemi juga berada di bawah pengawasan panel independen dengan para ahli mempertanyakan mengapa badan kesehatan PBB itu tidak membentuk komite darurat lebih awal, dan mengapa gagal memberi label wabah sebagai pandemi hingga awal Maret 2020.