CakapCakap – Cakap People! Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis, 20 Mei 2021, menyerukan jeda kemanusiaan dalam pemboman Israel di Gaza untuk memungkinkan akses bantuan karena sistem kesehatan di kantong Palestina menghadapi kekurangan kritis.
“Penutupan titik masuk dan keluar untuk pasien dan tim kesehatan kemanusiaan serta pembatasan ketat pada masuknya pasokan medis memperburuk krisis kesehatan masyarakat ini,” kata direktur regional WHO Ahmed Al-Mandhari pada jumpa pers, seperti dikutip Reuters.
“Tingkat keparahan cedera menekan sistem kesehatan yang sudah kewalahan menghadapi kekurangan kritis obat-obatan dan persediaan penting sementara juga memerangi pandemi COVID-19.”
Konvoi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membawa bantuan kemanusiaan, termasuk 10.000 vaksin virus corona Sinopharm ke Gaza dan membawa orang-orang yang terluka keluar, siap masuk segera setelah bisa mendapatkan akses, kata kepala WHO untuk Tepi Barat dan Gaza Rik Peeperkorn.
“Sampai ada kesepakatan gencatan senjata, semua pihak dalam konflik harus menyetujui jeda kemanusiaan untuk memastikan akses masuk dan keluar dari Gaza,” kata Peeperkorn.
“Bahwa kami tidak bisa masuk karena kondisi keamanan yang berlaku sangat membuat frustrasi,” kata Peeperkorn.
Kelompok bantuan internasional Medicins Sans Frontieres (MSF) mengatakan pada hari Kamis bahwa izin untuk menyeberang dari Israel ke Gaza kembali ditolak.
“Sistem kesehatan, yang menghadapi kekurangan bahkan ketika tidak ada pemboman, kehabisan bahan-bahan penting untuk merawat yang terluka seperti kantong darah,” kata MSF.
Di Tepi Barat yang diduduki, tim medis menghadapi rintangan dan pemukulan, penahanan ambulans, dan serangan ke fasilitas kesehatan, tambah Mandhari.
Di Gaza, 24 fasilitas kesehatan telah rusak, dengan pemadaman listrik yang memperumit situasi dan tiga pabrik desalinasi air yang melayani 400.000 orang tidak dapat digunakan, menurut WHO.
Sejak pertempuran dimulai pada Senin, 10 Mei 2021, pejabat kesehatan di Gaza mengatakan 230 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak dan 39 wanita, telah tewas dan lebih dari 1.700 luka-luka dalam pemboman udara dan artileri.