CakapCakap – Cakap People! Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Selasa, 5 Januari 2021, bahwa dia “sangat kecewa” karena China masih belum mengizinkan masuknya tim ahli internasional untuk menginvestigasi asal-usul virus corona.
Tim yang beranggotakan 10 orang ahli itu dijadwalkan berangkat pada awal Januari sebagai bagian dari misi yang telah lama ditunggu untuk menginvestigasi kasus awal virus corona yang pertama kali dilaporkan lebih dari setahun yang lalu di Wuhan, China.
“Hari ini kami mengetahui bahwa pejabat China belum menyelesaikan izin yang diperlukan untuk kedatangan tim di China,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers online di Jenewa, seperti dikutip Reuters.
“Saya telah melakukan kontak dengan pejabat senior China dan saya sekali lagi menjelaskan bahwa misi ini adalah prioritas WHO,” ujar Tedros tentang perjalanan yang katanya dikembangkan dengan Beijing.
Misi tersebut akan dipimpin oleh Peter Ben Embarek, ahli penyakit hewan yang melintasi batas spesies, yang pergi ke China dalam misi pendahuluan Juli lalu.
Dua anggota tim internasional telah memulai perjalanan mereka ke China. Satu orang sekarang telah berbalik dan yang lainnya sedang transit di negara ketiga, kata kepala darurat Mike Ryan.
Namun, dia menambahkan: “Kami percaya dan berharap ini hanya masalah logistik dan birokrasi yang dapat diselesaikan dengan sangat cepat.”
Menjelang perjalanan tersebut, Beijing telah berusaha untuk membentuk narasi tentang kapan dan di mana pandemi dimulai, dengan diplomat senior China Wang Yi mengatakan “semakin banyak penelitian” menunjukkan bahwa hal itu muncul di berbagai wilayah. Ryan sebelumnya menyebut ini “sangat spekulatif”.
China telah menepis kritik atas penanganan kasus awal virus corona baru yang muncul pada akhir 2019, meskipun beberapa termasuk Presiden AS Donald Trump telah mempertanyakan tindakan Beijing selama wabah tersebut.
Washington, yang telah mengumumkan rencana untuk keluar dari WHO, telah menyerukan investigasi yang “transparan” dan mengkritik persyaratannya di mana para ahli China melakukan penelitian tahap pertama.