in ,

WHO Rekomendasikan Para Dokter Untuk Tidak Gunakan Remdesivir Buatan Gilead Dalam Pengobatan COVID-19

“Saat ini tidak ada bukti bahwa [obat] itu meningkatkan kelangsungan hidup atau kebutuhan ventilasi,” kata panel ahli yang dibentuk WHO untuk mengembangkan pedoman pengobatan COVID-19 dalam jurnal medis BMJ.

CakapCakapCakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan para dokter untuk tidak menggunakan remdesivir buatan Gilead dalam pengobatan COVID-19. Keputusan WHO itu keluar kurang dari sebulan setelah regulator Amerika Serikat (AS) memberikan persetujuan atas penggunaan obat dari Gilead tersebut.

Menurut WHO, obat buatan Gilead itu belum terbukti efektif menurunkan tingkat kematian pada pasien.

“Saat ini tidak ada bukti bahwa [obat] itu meningkatkan kelangsungan hidup atau kebutuhan ventilasi,” kata panel ahli yang dibentuk WHO untuk mengembangkan pedoman pengobatan COVID-19 dalam jurnal medis BMJ, seperti dikutip Bloomberg.

Ilustrasi. [Foto via okezone.com]

Rekomendasi WHO tersebut menjadi pukulan bagi produsen obat Gilead, yang merupakan salah satu produsen obat-obatan pertama yang menawarkan terapi untuk pengobatan COVID-19 setelah sebuah penelitian menunjukkan bahwa obat tersebut mengurangi waktu pemulihan para pasien.

Antiviral liquid itu telah digunakan secara luas untuk mengobati COVID-19 dan termasuk di antara obat yang diberikan kepada Presiden Donald Trump ketika dia didiagnosis mengidap penyakit itu pada awal Oktober.

Saham Gilead turun sebanyak 1,9% di New York. Mereka telah kehilangan 8% tahun ini.

Para ahli membuat rekomendasi setelah hasil uji coba global yang disponsori oleh WHO, yang disebut Solidarity, menemukan bahwa remdesivir tidak mengurangi kematian. Mereka juga meninjau data dari tiga percobaan lain dan mengatakan, obat itu tidak memiliki efek berarti pada waktu yang dibutuhkan pasien untuk membaik secara klinis.

Hasil penelitian Solidarity itu diterbitkan pada 15 Oktober 2020. Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS menyetujui obat tersebut seminggu kemudian. FDA mendasarkan keputusannya pada uji coba yang dijalankan oleh National Institutes of Health yang menunjukkan remdesivir mengurangi waktu pemulihan pasien yang dirawat di rumah sakit selama lima hari.

Gilead telah mempertanyakan hasil uji coba WHO dan mengatakan, badan tersebut masih belum merilis data kunci untuk memungkinkan perusahaan atau orang lain mengevaluasi keabsahan hasil sementara.

Berbagai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal peer-review menunjukkan remdesivir, juga dikenal dengan nama mereknya, Veklury, bermanfaat melawan virus, terutama dalam mempercepat waktu pemulihan, “yang dapat membebaskan sumber daya rumah sakit yang terbatas,” kata Gilead dalam sebuah pernyataan pada Kamis, 19 November 2020.

“Kami kecewa pada pedoman WHO yang nampaknya mengabaikan bukti nyata pada saat kasus meningkat secara dramatis di seluruh dunia dan dokter mengandalkan Veklury sebagai pengobatan antivirus pertama dan satu-satunya yang disetujui untuk pasien dengan COVID-19 di sekitar 50 negara,” kata Gilead dalam pernyataan tersebut.

Ilustrasi virus corona. [Foto: NEXU Science Communications via Reuters]

Terlepas dari ketidaksesuaian dengan WHO, FDA mengatakan dalam peninjauan remdesivir bahwa “tidak ada masalah yang diidentifikasi yang akan mendapat manfaat dari diskusi” oleh panel penasihat dari luar. FDA biasanya mengadakan panel semacam itu sebelum memutuskan apakah akan menyetujui obat dalam situasi di mana ada pertanyaan yang timbul dari data uji klinis.

Pada Kamis malam, 19 November 2020, regulator AS menggandakan dukungan mereka untuk obat antivirus. FDA memberikan izin penggunaan darurat untuk remdesivir dalam kombinasi dengan baricitinib, pengobatan rheumatoid arthritis dari Eli Lilly & Co. dan Incyte Corp. , untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit yang membutuhkan oksigen atau ventilasi tambahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Studi: Orang yang Pernah Menderita COVID-19 Sangat Tidak Mungkin Tertular Lagi Minimal Selama Enam Bulan

Taiwan Bangun Armada Kapal Selam Untuk Hadapi Militer China yang Makin Modern