CakapCakap – Cakap People! Mutasi virus corona yang diduga ditularkan dari cerpelai ke manusia adalah sangat berbahaya karena memiliki konstruksi lonjakan berbeda yang dapat memengaruhi kerja vaksin melawan virus corona. Demikian diungkapkan Melita Vujnovic, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Rusia, dalam sebuah wawancara dengan Saluran TV Rusia-24 pada hari Kamis, 12 November 2020.
Menurut dia, prinsip kerja vaksin yang ada terhadap virus corona didasarkan pada identifikasi protein. Mutasi virus corona yang baru mengubah lonjakan protein, sehingga vaksin yang sudah dikembangkan mungkin tidak efektif dalam kasus ini.
“Infeksinya bergeser dari cerpelai ke manusia. Justru mutasi ini sangat berbahaya. Jika [mutasi] mulai menyebar, maka, mungkin saja, semua upaya kita dalam mengembangkan vaksin dan segala hal lainnya [akan sia-sia], [virus corona] mungkin berperilaku berbeda,” katanya, seperti dikutip kantor berita Rusia, TASS, Jumat, 13 November 2020.
Vujnovic menambahkan, langkah-langkah pembatasan di Jutlandia, Utara Denmark, diperlukan karena sejauh ini “sangat sulit untuk menentukan apakah mutasi virus ini ada”. Dan, seberapa tinggi risiko penyebaran bentuk baru virus corona di antara manusia.
WHO mengungkapkan bahwa selain Denmark, terdapat Belanda, Spanyol, Swedia, Italia, dan Amerika Serikat yang juga melaporkan keberadaan virus corona pada cerpelai di peternakan bulu.
WHO mencatat, virus corona umumnya ditularkan di antara manusia dengan kontak dekat. Namun, ada juga kasus penularan antara manusia dan hewan.
Kasus infeksi virus corona sejauh ini terdeteksi pada cerpelai, anjing dan kucing peliharaan, singa, dan harimau. Menurut WHO, cerpelai tertular infeksi dari manusia yang terinfeksi virus corona.
Diberitakan sebelumnya, WHO sedang mengamati biosekuriti di sekitar peternakan cerpelai di negara-negara di seluruh dunia untuk mencegah “kejadian limpahan wabah virus corona baru” lebih lanjut. Hal itu dilakukan WHO setelah Denmark memerintahkan pemusnahan cerpelai secara nasional karena wabah infeksi virus corona menyerang peternakan hewan berbulu tersebut.
Reuters melaporkan, Maria van Kerkhove, Kepala Teknis WHO untuk COVID-19 dalam sebuah briefing di Jenewa pada hari Jumat, 6 November 2020, mengatakan, penularan virus corona baru antara hewan dan manusia “menjadi perhatian”.
Namun, dia menambahkan: “Mutasi (pada virus) adalah normal. Jenis perubahan pada virus ini (corona baru) adalah sesuatu yang telah kami lacak sejak awal”.
Risiko penularan virus corona jauh lebih rendah pada hewan ternak selain cerpelai, yang tampaknya jauh lebih rentan terhadap infeksi, kata pakar kedua dari WHO tersebut.
“Kami bekerja dengan kantor regional (WHO), di mana ada peternakan cerpelai, dan melihat biosekuriti dan untuk mencegah kejadian limpahan,” kata van Kerkhove.