CakapCakap – Cakap People! Jumlah kematian global akibat COVID-19 dapat berlipat ganda menjadi 2 juta sebelum vaksin berhasil digunakan secara luas dan dan bahkan bisa lebih tinggi tanpa tindakan bersama untuk mengekang pandemi. Hal itu diungkapkan oleh Mike Ryan, kepala program darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat, 25 September 2020.
“Kecuali jika kita melakukan semuanya, (2 juta kematian) … tidak hanya bisa dibayangkan, tapi sayangnya sangat mungkin terjadi,” kata Ryan, dalam sebuah pengarahan pada Jumat, 25 September 2020, seperti dikutip dari laporan Reuters.

Sekitar sembilan bulan sejak virus corona baru ini ditemukan di Wuhan, China, jumlah kematian akibat penyakit COVID-19 ini sudah mendekati angka 1 juta.
Ryan mengatakan, orang muda tidak boleh disalahkan atas peningkatan infeksi baru-baru ini meskipun ada kekhawatiran bahwa mereka mendorong penyebarannya setelah pembatasan dan penguncian dilonggarkan di seluruh dunia.
Sebaliknya, pertemuan di dalam ruangan oleh masyarakat dari segala usia mendorong penyebaran epidemi COVID-19.

Program COVAX
WHO masih melanjutkan pembicaraan dengan China tentang kemungkinan keterlibatannya dalam skema pembiayaan COVAX yang dirancang untuk menjamin akses yang cepat dan adil vaksin COVID-19 secara global, seminggu setelah tenggat waktu penyerahan telah berlalu.
“Kami sedang berdiskusi dengan China tentang peran yang mungkin mereka mainkan saat kami maju,” kata Bruce Aylward, penasihat senior WHO dan kepala program ACT-Accelerator untuk mendukung vaksin, perawatan, dan diagnostik melawan COVID-19.
Dia membenarkan bahwa Taiwan telah mendaftar diri pada program tersebut, meski bukan anggota WHO, sehingga total menjadi 159 peserta. Sekitar 34 negara masih belum memutuskan.
Aylward mengatakan, pembicaraan dengan China juga mencakup diskusi tentang ekonomi terbesar kedua di dunia yang berpotensi memasok vaksin ke skema tersebut.
Sementara itu, menurut asisten direktur jenderal WHO, Mariangela Simao, Badan PBB pada hari Jumat menerbitkan rancangan kriteria penilaian penggunaan darurat vaksin COVID-19 untuk membantu memandu pembuat obat saat uji coba vaksin mencapai tahap lanjutan.
Dokumen itu akan tersedia untuk tanggapan publik hingga 8 Oktober, katanya.