CakapCakap – Cakap People! Banyak negara belum mencapai puncaknya dalam kasus COVID-19 varian Omicron yang sangat menular dan langkah-langkah yang diberlakukan untuk mengekang penyebarannya harus dilonggarkan secara perlahan. Demikian kata pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, Selasa, 1 Februari 2022.
“Kami mendesak agar berhati-hati karena banyak negara belum melewati puncak Omicron. Banyak negara memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah dengan individu yang sangat rentan dalam populasi mereka,” kata Maria Van Kerkhove dalam briefing online, Reuters melaporkan.
“Jadi sekarang bukan saatnya mencabut semuanya sekaligus. Kami selalu mengimbau, selalu berhati-hati, baik dalam menerapkan intervensi maupun mencabut intervensi tersebut secara mantap dan perlahan, setahap demi setahap. Karena virus ini cukup dinamis,” tambahnya.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan PBB itu prihatin dengan narasi yang terjadi di beberapa negara bahwa “karena vaksin, dan karena penularan Omicron yang tinggi dan tingkat keparahan yang lebih rendah, mencegah penularan tidak lagi mungkin, dan tidak lagi diperlukan.
“Tidak ada yang lebih jauh dari kebenaran,” kata Tedros dalam briefing tersebut. “Lebih banyak penularan berarti lebih banyak kematian. Kami tidak menyerukan negara mana pun untuk kembali ke apa yang disebut penguncian. Tetapi kami menyerukan semua negara untuk melindungi warga mereka menggunakan setiap alat di toolkit, bukan vaksin saja.”
Dia menambahkan: “Masih terlalu dini bagi negara manapun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan.”
Kepala kedaruratan WHO Mike Ryan, dalam briefing yang sama, mendesak negara-negara untuk memetakan jalan mereka sendiri keluar dari pandemi dan tidak secara membabi buta mengikuti orang lain dalam langkah-langkah santai.
“Saya pikir ini adalah fase transisi bagi banyak negara, tidak setiap negara dalam situasi yang sama. Negara-negara yang membuat keputusan untuk membuka diri secara lebih luas juga perlu memastikan kapasitas untuk memperkenalkan kembali tindakan, dengan penerimaan masyarakat, jika diperlukan, jika kita membuka pintu dengan cepat, sebaiknya juga bisa menutupnya dengan sangat cepat juga.”
Denmark dan Austria pekan lalu menjadi negara terbaru yang melonggarkan pembatasan COVID-19, setelah langkah serupa oleh Inggris, Irlandia, dan Belanda, meskipun negara-negara Eropa lainnya merencanakan pembatasan baru untuk memerangi rekor jumlah infeksi.