CakapCakap – Cakap People! Sekitar 172 negara terlibat dengan rencana COVAX, sebuah program yang dirancang untuk memastikan akses yang adil ke vaksin COVID-19. Demikian diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Senin, 24 Agustus 2020. Namun, program ini membutuhkan lebih banyak dana dan negara-negara sekarang perlu membuat komitmen yang mengikat.
Melansir Reuters, pejabat WHO mengatakan, negara-negara yang ingin menjadi bagian dari rencana COVAX global diberikan waktu hingga 31 Agustus untuk menyampaikan pernyataan ketertarikan dengan konfirmasi keinginan untuk bergabung hingga 18 September, dan pembayaran awal jatuh tempo pada 9 Oktober.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan fasilitas itu penting untuk mengakhiri pandemi COVID-19, dan tidak hanya akan mengumpulkan risiko bagi negara-negara yang mengembangkan dan membeli vaksin, tetapi juga memastikan harga dijaga “serendah mungkin”.
“Nasionalisme vaksin untuk membantu [menangani, red] virus,” katanya dalam jumpa pers. “Keberhasilan fasilitas COVAX tidak hanya bergantung pada negara-negara yang mendaftar, tetapi juga mengisi kesenjangan pendanaan utama.”
COVAX dipimpin bersama oleh aliansi vaksin GAVI, WHO dan Koalisi CEPI untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi dan dirancang untuk menjamin akses yang adil secara global ke vaksin COVID-19 setelah dikembangkan dan diizinkan untuk digunakan.
Saat ini mencakup ada 9 kandidat vaksin COVID-19 dan tujuannya adalah untuk mengamankan pasokan dan mengirimkan 2 miliar dosis vaksin di seluruh negara yang mendaftar pada akhir 2021.
“Awalnya, ketika pasokan terbatas (vaksin COVID-19), penting untuk memberikan vaksin kepada mereka yang berisiko tertinggi di seluruh dunia,” kata Tedros.
Dia mengatakan ini termasuk untuk petugas kesehatan di garis depan pandemi COVID-19, yang “penting untuk menyelamatkan nyawa dan menstabilkan sistem kesehatan secara keseluruhan”.
Virus corona baru yang menjadi penyebab penyakit COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 23,6 juta orang di seluruh dunia, termasuk telah merenggut nyawa lebih dari 811.000 orang saat artikel ini diturunkan.