CakapCakap – Bisa jadi inilah jawaban dari bagaimana SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19, bisa masuk dan menginfeksi otak. Riset terbaru mengungkap kemungkinan virus itu menstimulasi pertumbuhan saluran kecil di antara sel-sel di hidung dan di otak yang bisa digunakannya untuk menyeberang.
COVID-19 telah diketahui bisa menyebabkan banyak gejala saraf (Long COVID) termasuk brain fog. Studi autopsi juga menunjukkan keberadaan virus-virus itu di otak manusia.
Tapi, bagaimana mereka bisa sampai ke sana masih misteri. Ini karena sejumlah studi menyatakan reseptor ACE2, yang normalnya digunakan virus itu untuk bisa menginfeksi sel, langka ditemukan pada sel-sel di otak — tidak seperti pada sel-sel yang menyusun jaringan di hidung, mulut dan paru-paru atau sistem pernapasan.
Saat ini, Chiara Zurzolo dari Pasteur Institute, Prancis, dan koleganya menemukan kalau virus corona kelihatannya mempunyai ‘terowongan’ untuk jalan menyelinap sampai ke sel-sel yang tidak mempunyai reseptor ACE2 via sel-sel yang memilikinya.
Mereka melakukan sejumlah eksperimen dengan virus corona dan dua jenis sel berbeda dalam cawan petri di laboratorium. Sel yang pertama disebut SH-SY5Y yang digunakan untuk memodelkan sel-sel otak. Jenis sel yang kedua, Vero E6, digunakan untuk memodelkan sel-sel yang ada di hidung.
Jika terpisah satu sama lain, model sel otak tidak dapat terinfeksi virus corona karena memang mereka tak memiliki reseptor ACE2 yang dibutuhkan virus itu sebagai pintu masuknya. Tapi, ketika sel-sel otak diinkubasi dalam cawan petri yang sama dengan model sel-sel yang ada di hidung, yang memiliki reseptor itu, mereka menjadi bisa terinfeksi. Setelah 48 jam, jumlahnya yang terinfeksi sampai 62,5 persen.
Di bawah sorot mikroskop elektron khusus yang sangat kuat, Zurzolo dkk melihat saat menginfeksi sel hidung, SARS-CoV-2 mentimulasi sel-sel itu untuk menumbuhkan kanal kecil yang disebut tunnelling nanotube (TNT). Berbentuk silinder, kanal terbangun dari protein actin dengan diameter tidak lebih dari beberapa puluh nanometer.
Mengamatinya lebih dekat, mereka bisa melihat virus menggunakan kanal atau saluran itu untuk mondar-mandir di antara kedua jenis sel berbeda tersebut. Konstruksi TNT itu sebelumnya telah diketahui bisa untuk perpindahan struktur dan partikel virus tertentu di antara sel-sel yang berjauhan.
Zurzolo dan timnya menduga virus corona di hidung atau sistem pernapasan, memanfaatkan TNT, untuk terus masuk sampai ke salah satu dari dua struktur bulbus olfaktori di otak yang berisi jaringan saraf indera penciuman.
“Rute TNT ini adalah jalan pintas yang mempropagasi infeksi COVID-19 berlangsung cepat di antara organ-organ yang berbeda,” kata Zurzolo, dalam artikel hasil studi itu yang dipublikasi pada Rabu, 20 Juli 2022. Profesor bidang biologi sel dan neurodegenerasi itu menambahkan, “Dan ini mungkin juga cara virus itu sembunyi dan menghindari respons imun tubuh.”
Frederic Meunier dari University of Queensland, Australia, menilai studi Zurzolo sangat menarik karena menyediakan sebuah mekanisme yang baik sekali, rapi, di mana virus bisa berpindah dari satu sel ke sel yang lain tanpa melalui kebutuhan reseptor ACE2. Meski begitu, Meunier mengingatkan, itu baru diketahui berdasarkan eksperimen yang terbatas di laboratorium. “Banyak studi lanjutan diperlukan untuk memastikan mekanisme yang sama benar terjadi di dalam organ otak.”
Zurzolo mengatakan dia dan timnya sedang menyiapkan eksperimen ‘organ di chip’ yang lebih bisa menyerupai interaksi antar sel dalam hidung dan otak. Jika TNT terkonfirmasi memindahkan virus corona dari hidung ke otak, menurut di, terbuka jalan pula bagi para ilmuwan untuk bisa menciptakan obat yang mampu mencegah mekanisme itu.
“Saat ini kami tidak memiliki molekul spesifik penghambat tunnelling nanotube, tapi kami menjalankan penapisan untuk mencarinya,” katanya.