CakapCakap – Cakap People! Fajar sadboy menjadi perbincangan di media sosial setelah dirinya viral usai chat yang diabaikan selama satu bulan oleh wanita yang disebut sebagai kekasihnya. Akibat ini, ia banyak diundang di stasiun TV dan kanal-kanal Youtube artis terkenal. Lantas, apakah sebenarnya sadboy itu?
Dikutip dari laman Stay Hipp, istilah dari sadboy umumnya ditujukan kepada setiap laki-laki yang mengungkapkan kesedihan, depresi, atau perasaan sedih lainnya dengan kesehatan mental. Pelabelan ini bisa dianggap remeh atau serius yang ditujukan kepada diri sendiri atau nama panggilan, yang tergantung pada konteks dan apakah sebutan ini digunakan untuk mengejek atau memvalidasi perasaan yang sedang dirasakan.
Seringkali, istilah ini disamakan dengan istilah ‘emo’, tetapi kedua istilah ini memiliki perbedaan yang cukup jelas. Perbedaan antara emo dan sadboy adalah sadboy tampak bersandar pada emosi mereka dan menyalurkannya untuk menciptakan seni tentang kesedihan atau penyakit mental mereka. Di sisi lain, seorang emo akan berusaha mengalihkan kesedihan itu.
Namun, antara emo dan sadboy sebenarnya memiliki keterkaitan satu sama lain. Dikutip dari laman Inside Hook, sadboy sebenarnya telah muncul sejak masa keemasan emo. Pandemi yang menyerang seluruh dunia membawa kembali istilah ‘sadboy’ ke permukaan. Para sadboy tidak melarikan diri dari serangan kesedihan dan depresinya, melainkan malah membuat keadaan emosi tersebut menjadi ciri kepribadian yang khas.
Dilansir laman Highsnobiety, istilah sadboy semakin populer pada 2009 setelah Kanye West merilis album BOBs & Heartbreak yang emosional. Yung Lean kemudian secara resmi mengadopsi istilah ini dan membangun kerajaan Sad Boys Entertainment-nya.
Namun seiring dengan semakin populernya istilah tersebut, definisinya mulai bergeser. Awalnya, istilah ini dapat didefinisikan sebagai deskripsi sederhana dari seorang laki-laki yang telah membebaskan diri dari belenggu maskulinitas, serta tekanan yang terkait dengan menahan perasaan dan tetap diam saat ditimpa derita.
Di Inggris khususnya, tingkat bunuh diri laki-laki sangat tinggi; sebuah survei pada 2015 menunjukkan bahwa bunuh diri adalah satu-satunya penyebab banyak pria di bawah 45 tahun kehilangan nyawa. Statistik terbaru menunjukkan bahwa tiga dari setiap empat kasus bunuh diri dilakukan oleh pria.
Fakta tragis ini tidak dapat dengan mudah dikaitkan dengan satu penyebab tunggal, tetapi faktanya tetap bahwa laki-laki cenderung tidak membicarakan masalah kesehatan mental dan karena itu tidak mungkin bagi mereka untuk mencari bantuan profesional, sehingga berisiko kehilangan pengobatan yang menyelamatkan jiwa mereka.