in ,

Untuk Kamu yang Sering Curhat di Media Sosial, Ini Kata Pakar!

Teman untuk berbincang atau sekadar mendengarkan tetap diperlukan.

CakapCakapCakap People! Mencurahkan perasaan alias curhat kepada orang yang tepat bisa membuat perasaan seseorang lega saat sedang mengalami suatu masalah, apalagi jika ia mendapatkan saran atau solusi yang bisa menyelesaikan masalahnya tersebut.

Di zaman teknologi seperti saat ini, curhat tak lagi hanya disampaikan kepada seseorang saja, tetapi juga dilakukan di media sosial. Bahkan, seseorang lebih senang menumpahkan segala keluh kesah atau masalah melalui media sosial, padahal hal tersebut justru dapat memicu stres. Untuk itulah teman untuk berbincang atau sekadar mendengarkan tetap diperlukan.

Foto: Pixabay.

Meski demikian, berbincang sebaiknya dilakukan secara langsung bukan melalui telefon ataupun pesan instan. Karena dengan bertatap muka ada interaksi seperti sentuhan atau rangkulan yang bisa dilakukan saat mendengarkan.

“Anak muda sekarang lebih mudah stres dan sekarang semakin parah karena berhubungan dengan gadget. Ini (gadget) memang bisa menyalurkan emosi (curhat di sosial media) tapi tidak memberikan koreksi. Kalau ketemu kita bisa melakukan sentuhan, merangkul, itu yang sangat dibutuhkan manusia,”  kata pakar Ilmu Sosial, Budaya dan Komunikasi, Dr. Devie Rachmawati, M. Hum., CPR di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2019, dikutip dari Kantor Berita ANTARA.

Foto: Pixabay.

Devie mengatakan bahwa manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendirian. Mereka tetap membutuhkan seseorang untuk mendengarkan dan menumpahkan segala masalah.

“Perlu banget ya. Ketika gelas itu sudah penuh kita butuh menumpahkannya. Persoalannya di sosial media semua orang sibuk menumpahkan akhirnya semua orang stres karena mereka tidak merasa didengar,” kata Devie.

Foto: Pixabay.

Mendengarkan adalah poin penting dalam berkomunikasi. Menurut Devie, terkadang orang yang memiliki masalah hanya perlu untuk didengarkan agar merasa lebih diperhatikan.

“Dengan mendengarkan kita membantu anak muda yang butuh saluran. Kalau udah kosong, diisi dengan yang positif. Jadi langkahnya kita rangkul anak-anak kita yang stres biar mereka menumpahkan perasaannya kemudian diisi dengan positif,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Masa Depan ‘Memerangi’ Hoaks Berada di Tangan Gen Z

Sekelompok Penumpang Pria Berkelahi di Pesawat, Maskapai Penerbangan EasyJet Terpaksa Mendarat Darurat