CakapCakap – Cakap People! Vaksin buatan China ternyata kurang efektif secara signifikan daripada yang ditunjukkan dalam data sebelumnya, demikian diungkapkan lembaga penelitian Brasil yang melakukan uji klinis fase 3 vaksin tersebut dan meminta masyarakat untuk tidak fokus pada tingkat kemanjuran yang baru.
South China Morning Post melaporkan, Butantan Institute yang berbasis di Sao Paulo — lembaga penelitian yang menjalankan uji klinis tahap akhir untuk vaksin CoronaVac produksi Sinovac, yang berbasis di Beijing, China — mengungkapkan data baru tersebut pada hari Selasa, 12 Januari 2021.
Dalam data terbaru tersebut, Butantan mencantumkan tingkat kemanjuran vaksin CoronoVac produksi Sinovac hanya di level 50,4 persen. Angka-angka tersebut dikonfirmasi pada konferensi pers oleh pejabat dari lembaga penelitian yang didanai oleh pemerintah negara bagian São Paulo itu.
Ricardo Palácios, direktur medis penelitian klinis di Butantan, mengatakan tingkat kemanjuran yang lebih rendah disebabkan oleh munculnya pasien yang terinfeksi virus corona baru tetapi hanya menunjukkan gejala “sangat ringan”.
Data uji coba fase 3 untuk Vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 yang berbasis di AS, misalnya, memberikan tingkat kemanjuran 95 persen. Namun, dari 44.000 sukarelawan ada 3.410 peserta yang menunjukkan gejala COVID-19 tetapi tidak dites, menurut laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS. Jika semua peserta ini dinyatakan positif, tingkat efektivitas total akan turun hingga di bawah 30 persen.
Pekan lalu, pemerintah Sao Paulo mengatakan bahwa vaksin CoronaVac memiliki tingkat kemanjuran di angka 78% untuk mencegah penyakit COVID-19 dengan gejala ringan dan 100% efektif untuk melawan infeksi yang parah atau sedang.
Konferensi pers pada hari Selasa mengonfirmasi angka-angka ini dan memberikan angka pasti untuk kelompok yang divaksinasi dan plasebo, pada setiap tingkat keparahan.
“Produsen vaksin lain tidak memasukkan mereka yang mengalami sakit kepala ringan bahkan setelah dites positif COVID-19,” kata Palácios. “Angka terpenting bukanlah 50.”
Palácios menambahkan bahwa dimasukkannya kasus-kasus yang sangat ringan itu mewakili “tes yang paling ketat”, mempersulit setiap perbandingan dengan vaksin COVID-19 lainnya.
“Semakin intens penyakitnya (gejalanya), semakin efektif pula vaksinnya. Ini akan menghindari tekanan pada rumah sakit karen pasien dengan gejala ringan bisa tinggal di rumah,” ungkap Palacios.
Marco Aurélio Safadi, presiden Department of Infectious Studies di Brazilian Society of Pediatrics, mengatakan pada konferensi pers hari Selasa bahwa meskipun data tentang perlindungan jangka panjang dan penyakit penyerta belum tersedia, kemanjuran CoronaVac sejalan dengan vaksin sebelumnya yang diuji di Brazil.
Tidak ada efek samping serius yang disebabkan oleh vaksin tersebut, kata Alex Precioso, direktur Pusat Manajemen Risiko dan Keselamatan Klinis di Butantan.
The South China Morning Post melaporkan pada hari Selasa bahwa para ahli mengkritik data tersebut yang sebelumnya dibagikan oleh Butantan Institute, terutama klaim yang dibuat minggu lalu bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat kemanjuran 78 persen, meskipun perhitungan back-of-the-envelope berdasarkan informasi lain yang tersedia untuk umum menunjukkan sebaliknya.
Pertanyaan tentang transparansi juga telah diangkat. Pada 15 Desember 2020, regulator kesehatan Brazil Anvisa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kriteria vaksin China untuk otorisasi darurat Sinovac di dalam perbatasannya tidak transparan.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro secara terbuka mendiskreditkan vaksin CoronaVac, menyamakannya dengan “kematian dan kecacatan”, dan mengatakan tidak akan memasukkan vaksin itu ke dalam program imunisasi nasional di negara itu.
Sementara itu, João Doria, gubernur São Paulo, secara aktif mendorong vaksin buatan China tersebut, yang menurut pengamat politik apa yang dilakukan João Doria adalah merupakan langkah awal untuk mencalonkan diri sebagai presiden Brasil pada 2022.
Pertikaian telah terjadi sejak Oktober 2020, ketika Bolsonaro memveto kesepakatan antara kementerian kesehatan dan pemerintah São Paulo Doria untuk pembelian 46 juta dosis vaksin CoronaVac.