in ,

Turki Catat Rekor 111.157 Kasus COVID-19 Dalam 24 Jam

Pada akhir Desember 2021, kasus harian di negaraitu mencapai sekitar 20.000 tetapi sejak itu melonjak karena varian virus corona Omicron yang sangat menular

CakapCakapCakap People! Turki mencatat rekor 111.157 infeksi baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir, ini adalah angka harian tertinggi dari pandemi, sementara jumlah kematian harian adalah yang tertinggi dalam empat bulan, data kementerian kesehatan menunjukkan pada hari Jumat, 4 Februari 2022.

Pada akhir Desember 2021, kasus harian di negaraitu mencapai sekitar 20.000 tetapi sejak itu melonjak karena varian virus corona Omicron yang sangat menular, Reuters melaporkan.

Data pada hari Jumat juga menunjukkan 248 orang meninggal karena COVID-19 dalam periode 24 jam yang sama, jumlah korban harian tertinggi sejak 4 Oktober 2021 ketika juga mencatat 248 kematian.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

WHO: Banyak negara belum mencapai puncak Omicron

Banyak negara belum mencapai puncaknya dalam kasus COVID-19 varian Omicron yang sangat menular dan langkah-langkah yang diberlakukan untuk mengekang penyebarannya harus dilonggarkan secara perlahan. Demikian kata pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, Selasa, 1 Februari 2022.

“Kami mendesak agar berhati-hati karena banyak negara belum melewati puncak Omicron. Banyak negara memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah dengan individu yang sangat rentan dalam populasi mereka,” kata Maria Van Kerkhove dalam briefing online, Reuters melaporkan.

“Jadi sekarang bukan saatnya mencabut semuanya sekaligus. Kami selalu mengimbau, selalu berhati-hati, baik dalam menerapkan intervensi maupun mencabut intervensi tersebut secara mantap dan perlahan, setahap demi setahap. Karena virus ini cukup dinamis,” tambahnya.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berbicara dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, 20 Desember 2021. [Foto: REUTERS/Denis Balibouse/File Photo]

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan PBB itu prihatin dengan narasi yang terjadi di beberapa negara bahwa “karena vaksin, dan karena penularan Omicron yang tinggi dan tingkat keparahan yang lebih rendah, mencegah penularan tidak lagi mungkin, dan tidak lagi diperlukan.

“Tidak ada yang lebih jauh dari kebenaran,” kata Tedros dalam briefing tersebut. “Lebih banyak penularan berarti lebih banyak kematian. Kami tidak menyerukan negara mana pun untuk kembali ke apa yang disebut penguncian. Tetapi kami menyerukan semua negara untuk melindungi warga mereka menggunakan setiap alat di toolkit, bukan vaksin saja.”

Dia menambahkan: “Masih terlalu dini bagi negara manapun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kasus Harian COVID-19 di Indonesia Tembus 33 Ribu, 44 Meninggal

Korea Selatan, Jepang, HK, Selandia Baru Laporkan Rekor Kasus COVID-19