CakapCakap – Cakap People! Seperti apa sejarah tradisi sekaten dalam perayaan Maulid Nabi di tanah Jawa?
Indonesia merupakan negara yang memiliki beranekaragam budaya. Salah satu budaya keagamaannya yaitu upacara Sekaten. Tradisi sekaten merupakan bentuk upacara keagamaan yang dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Upacara sekaten diselenggarakan secara rutin dalam kurun waktu setahun sekali yaitu setiap 5-11 Rabi’ul Awal, dalam kalender Jawa disebut dengan bulan Mulud. Upacara ditutup pada 12 Rabi’ul awal dengan dilaksanakannya upacara garebeg mulud.
Dilansir beragam sumber, awalnya upacara sekaten dilaksanakan tiap tahun oleh raja-raja di Tanah Hindu, sebagai bentuk selamatan atau sesaji kepada arwah para leluhur. Dan setelah berkembang, Upacara ini dijadikan sarana untuk menyebar luaskan agama Islam melalui kegiatan kesenian gamelan.
Pada zaman itu, kesenian gamelan cukup digemari oleh masyarakat Jawa. Gamelan pun dijadikan sebagai bentuk penyebaran agama islam pada waktu itu di Jawa. Kesenian rebana yang awalnya digunakan untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad digantikan dengan kesenian gamelan.
Terdapat beberapa pendapat mengenai arti nama Sekaten, yang pertama yaitu kata Sekaten berasal dari kata Sekati yang diambil dari nama perangkat gamelan pusaka kraton yang dipakai dalam rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Pendapat kedua menyatakan jika kata Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang jika disimpulkan menjadi istilah senang hati. Pendapat ketiga menyebutkan jika Sekaten berasal dari kata sesek dan ati yang memiliki arti sesak hati.
Namun, ada pendapat lain yang mengatakan, kata sekaten berasal dari kata syahadatain yang berarti dua kalimat syahadat. Tujuan dan maksud dilaksanakannya upacara sekaten, yaitu sebagai bentuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad.
Klik DI SINI untuk membaca selengkpanya, Cakap People!