in

Thirty Days of Lunch: Podcast Literasi Finansial, Karir dan Lifestyle Kekinian

Konsep podcast mereka berhasil menarik pasar pendengar millenial di usia 20-an hingga 30-an ke atas.

CakapCakapCakap People! Tren pemilihan podcast saat ini semakin digemari dan dilirik, terlebih banyak orang dan para pesohor yang tak ketinggalan untuk memanfaatkan kehadiran podcast yang mulai terbuka di Indonesia.

Salah satu yang sejak setahun terakhir menjadi populer lewat podcast di platform spotify adalah nama Ario Pratomo dan Fellexandro Ruby dengan nama podcast-nya adalah Thirty Days of Lunch.

Ario Pratomo dan Fellexandro Ruby pengisi konten Thirty Days of Lunch dalam acara Playfest 2019 di Parkir Selatan Gelora Bung Karno Sabtu, 24 Agustus 2019. (Foto: Bisnis.com)

Konsep podcast mereka yang menggabungkan obrolan santai dengan berbagai topik mulai dari finansial, karir hingga lifestyle bersama para pakarnya setelah jamuan makan siang ini berhasil menarik pasar pendengar millenial di usia 20-an hingga 30-an ke atas.

Ruby menyebut pertemuannya dengan Ario diawali sebagai rekan kerja di perusahaan yang sama. Hingga pada tahun 2018, tercetus ide untuk membuat konten Thirty Days of Lunch.

Ario bercerita, podcast dipilih sebagai media untuk kontennya karena fasilitas keleluasaan dalam menyajikan ide dan opini yang ditawarkan dalam bentuk audio. Berbeda dengan platform youtube yang lebih menonjolkan sisi audio dan visual.

Foto/ Pixabay.

Selama setahun podcast ini berjalan, keduanya berhasil mengundang beberapa content creator ternama dalam 30 judul podcastnya seperti Aakar Abyasa dari perencana keuangan Jouska, jurnalis senior Najwa Shihab, founder Bukalapak Achmad Zaky, hingga pengusaha dan internet personality, Gary Vee.

Topik literasi finansial juga dipilih keduanya sebagai topik umum di podcast Thirty Days of Lunch karena banyak millenial di usia 20-an hingga 30-an yang belum melek tentang personal finance.

“Personally, topik-topik finance mengubah saya tahun ini. Ada dari Stockgasm, Aakar, Blockchain, entah itu dari nabung saham, financial planning personal, keluarga, itu semua saya tahunya dari podcast, makanya sampai sekarang saya masih mau ngedengerin ulang lagi,” kata Ario.

Foto: Pixabay.

Ruby sendiri menyebut podcast yang mereka sajikan bukan sarana mengambil keuntungan secara materil, meskipun ia dan Ario tetap harus mengeluarkan modal untuk proses produksi podcast.

“Kita mungkin nggak menyebut ini sebagai cuan, pada ujungnya kita mau bikin karya yang positif dan berkualitas. Saya dan Ario juga tidak mencari mata pencaharian dari sini, ini bagian dari investment aja untuk menularkan sesuatu yang baik. Cuma kalau ada brand yang merasa mereka sejalan dengan visi dan akhirnya mau support, kita terbuka,” tutupnya.

BISNIS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bergengsi di Dunia, 5 Pekerjaan Ini Ternyata Bikin Menderita

Yuk, Cek Kepribadian Menurut Angka Terakhir Tahun Kelahiran!