CakapCakap – Cakap People! Thanksgiving day atau hari ucapan syukur sangat umum dilaksanakan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Perayaan tersebut biasanya jatuh pada hari Kamis di minggu terakhir di bulan November. Ini dilakukan sebagai tanda terima kasih atas akhir musim panen.
Umumnya, saat makan malam di hari ucapan syukur, mereka yang merayakan akan menyantap menu tradisional thanksgiving. Menu tersebut terdiri dari kalkun, saus cranberry dan pai labu. Lantas, apa yang mendasari menu tradisional tersebut?
Kalkun sebagai menu wajib saat thanksgiving awalnya dipelopori oleh sebuah jurnal yang ditulis William Bradford. Di tahun 1856, Bradford menulis bagaimana para kolonis telah memburu kalkun liar selama musim gugur 1621. Ia juga berpendapat bahwa kalkun adalah burung Amerika Utara yang unik dan nikmat.
Sejak kepemimpian Lincoln, kalkun pun menjadi daya tarik sebagai pilihan makan Thanksgiving bagi orang Amerika. Selain itu, alasan pragmatis pemilihannya adalah karena ukuran kalkun yang besar dibandingkan dengan hewan lainnya sehingga dapat memberi makan meja penuh dengan anggota keluarga.
Menu makanan lainnya yang wajib disantap saat Thanksgiving day adalah saus cranberry. Pada tahun 1863, mendapatkan gula sebagai pemanis makanan akan sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini yang kemudian membuat orang pada zaman dahulu mengambil buah cranberry sebagai pengganti gula. Selain memberi cita rasa manis, mereka juga percaya bahwa cranberry dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk merayakan Thanksgiving dengan menyantap cranberry. Kebiasan ini pun menurun hingga perang sipil di Amerika, dimana Jenderal Ulysses S. Grant memerintahkan cranberry disajikan kepada tentara sebagai bagian dari makanan Thanksgiving mereka. Hal ini kemudian berlanjut hingga saat ini.
Selain kalkun dan saus cranberry, pai labu adalah menu tradisional terakhir untuk menutup hidangan Thanksgiving. Pemilihan pai labu sebenarnya dilakukan sebagai improvisasi makanan penutup. Zaman dahulu, para nenek moyang tidak memiliki mentega dan tepung untuk membuat kulit pai. Sebaliknya, mereka melakukan improvisasi dengan melubangi labu, mengisi cangkang dengan susu, madu, dan rempah-rempah untuk membuat puding, dan memanggangnya dalam abu panas.