CakapCakap – Cakap People! Kemalasan sosial atau social loafing istilah yang muncul setelah laporan riset ahli pertanian Prancis Max Ringelmann mempelajari kinerja kelompok, dikutip dari Verywell Mind.
Max Ringelmann meminta peserta dalam risetnya untuk menarik tali sendiri maupun berkelompok. Ketika orang menjadi bagian dari kelompok akan sedikit upaya menarik tali daripada saat bekerja secara individu. Saat berkelompok seseorang cenderung bersikap malas, karena sebagian yang lain bisa mengerjakan.
Pada 1974, kelompok peneliti lain mencoba eksperimen Ringlemann itu. Para peneliti menemukan, kelompok yang berisi semua peserta mengalami penurunan kinerja terbesar atau adanya kemalasan sosial.
Penyebab social loafing
Berikut penyebab terjadinya social loafing dikutip dari Simply Psychology.
1. Berharap kinerja rekan
Kemalasan sosial lebih mungkin terjadi ketika bekerja dalam kelompok berprestasi tinggi. Sebab, individu yang mengendur dan membiarkan anggota kelompok yang kompeten melakukan sebagian besar pekerjaan.
2. Jumlah anggota
Ketika bekerja secara kolektif, pengaruh sosial tersebar di antara anggota kelompok. Setiap anggota kelompok tambahan atau lebih banyak memiliki pengaruh kecil seiring meningkatnya ukuran kelompok.
3. Persepsi diri
Bekerja dalam kelompok dan tugas mengarah penurunan kesadaran diri. Seseorang menjadi kurang menyadari kontribusi tugas dalam kelompok dan kurang memperhatikan tuntutan tugas.
4. Kurang motivasi
Upaya individu yang rendah selama tugas kolektif dikaitkan dengan pengurangan dorongan yang dirasakan. Kehadiran rekan kerja lain mengurangi motivasi individu untuk melakukan tugas.
Mencegah kemalasan sosial
Kemalasan sosial bisa dibatasi dengan membangun tanggung jawab individu. Mengutip Verywell Mind, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalkan social loafing.
– Membangun tanggung jawab individu
– Membuat kelompok kecil untuk membantu.
– Menetapkan standar dan aturan yang jelas
– Mengevaluasi kinerja individu dan kelompok
– Menyoroti pencapaian anggota individu