in ,

Tenganan Bali, Desa Klasik yang Tak Rayakan Nyepi dan Punya Tradisi Unik

Cakapcakap – Pulau Dewata menjadi salah satu destinasi yang begitu banyak dikunjungi wisatawan. Baik itu dari dalam negeri ataupun mancanegara. Keindahan alam serta budayanya begitu dikenal dunia. Sehingga tak heraan banyak pengunjung yang datang silih berganti hingga Bali tak pernah sepi wisatawan.

Meski selalu ramai dengan lalu-lalang pengunjung, rupanya ada juga salah satu momen di mana pulau indah ini benar-benar sepi layaknya kota mati. Ya, tentu saja ini saat perayaan momen Nyepi umat Hindu.

Tradisi dan budaya desa tradisional Tenganan Bali via kebudayaan.kemdikbud.go.id

Meski bukan penganut Hindu, semua warga Bali baik itu pendatang ataupun wisatawan diharuskan mengikuti kebudayaan nyepi umat Hindu di Bali. Menariknya lagi, ada fakta lain yang terungkap dari pulau eksotis tersebut, guys.

Ada salah satu desa yang ternyata tak turut rayakan Nyepi. Bahkan konon desa ini satu-satunya desa yang menggambarkan budaya Bali sesungguhnya. Di mana semuanya masih tradisional dan belum terkontaminasi budaya luar. Ia adalah Desa Tenganan Bali.

Desa Tradisional Terakhir

Desa Tenganan salah satu desa tradisional Bali Aga via rentalmobilbali.net

Sebelum kita tahu bagaiaman kehidupan dari masyarakat desa ini, lebih afdol kita ketahui dahulu asal muasal dari desa Tenganan ini guys. Konon katanya, desa ini berawal dari sebuah kawasan yang dipimpin oleh Ki Patih Tanjung Biru, kanan tangan Raja Bedahulu. Saat sang raja kehilangan kuda kesayangan, ternyata Ki Patih lah yang menemukannya sudah dalam keadaan mati.

Sebagai bentuk terimakasih, raja pun memberikan wilayah pada Ki Patih sejauh aroma busuk kuda tersebut. Namun Ki Patih pun bersiasat dengan memotong bangkai kuda dan menyebarkannya hingga wilayah kekuasaannya kian luas.

Nah, Desa Tenganan ini ternyata salah satu desa tradisional terakhir di Bali dan biasa disebut Bali Aga atau Bali Asli. Ada yang menarik dari desa ini, salah satunya dengan aturan awig-awig.

Semua warga yang tinggal benar-benar penduduk asli desa tersebut. Menurut aturan, bila ada warganya yang meninggalkan desa, maka tak akan diijinkan kembali lagi. begitu juga dengan mereka yang menikah dengan warga dari luar desa, juga tak diperkenankan kembali. Hanya penduduk Bali Aga yang bisa tinggal di desa yang memiliki warga sekitar 400 jiwa saja.

Khas dengan Kain Tenun Pegringsingan

Kain tenun khas Desa Tenganan Bali via turdibali.wordpress.com

Selain memiliki aturan menarik, desa Tenganan juga memiliki kerajinan khas berupa kain tenun Pegringsingan. Kain ini dibuat dengan sebuah alat tenun khusus yang memang hanya ada di Desa Tenganan Bali. Konon, alat ini disebut sebagai benda suci yang punya kekuatan buat mengusir roh jahat atau ilmu hitam. Alat tenun tersebut bernama geringsing yang diambil dari kata ‘gering’ yang berarti meninggal dan ‘sing’ artinya tidak.

Tak Rayakan Nyepi

Warga desa Tenganan tak rayakan Nyepi via dhenok.net

Desa ini ternyata tak mendapatkan pengaruh Majapahit sehingga tak mengenal Galungan ataupun Kuningan. Bahkan mereka tak merayakan Nyepi juga. Warga desa ini juga tetap beraktivitas seperti biasa dan menyalakan api. Hanya saja demi menghormati momen Nyepi warga Bali, mereka membatasi diri dengan tak keluar dari desa.

Tak hanya itu, fakta menarik lainnya juga terungkap dari desa Tenganan ini. warga di sini juga tak menerapkan prosesi kremasi dan upacara ngaben. Bila ada warga yang meninggal, maka mayatnya akan langsung dikuburkan.

Wow, menarik bukan guys? Jadi buat kamu yang pengen tahu bagaimana kehidupan dan budaya asli Bali Aga bisa nih langsung sambangi desa ini.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari Oleh-oleh Khas Makassar? Langsung Saja ke Citra Rasa 2

Gempa Lombok, Pemuda Asal Makassar Meninggal di Gunung Rinjani