CakapCakap – Cakap People! Ada peluang yang berkembang bahwa suhu global akan meningkat lebih dari 1,5 derajat Celcius dalam lima tahun ke depan, demikian menurut perkiraan dari Organisasi Metereologi Dunia (WMO), lembaga internasional yang serupa BMKG di Indonesia.
Padahal, negara-negara di dunia memiliki target untuk menekan agar peningkatan suhu global ada di bawah 1,5 derajat Celcius pada abad ini. Target itu tertera dalam Persetujuan Paris pada 2015.
Melansir laporan BBC News pada hari Kamis, 9 Juli 2020, WMO mengatakan bahwa peluang sebesar 20% ambang batas itu bakal terlampaui satu tahun sebelum 2024. Bahkan, ada peluang juga 70% batas itu akan terlewati dalam sebulan atau lebih dalam kurun waktu lima tahun tersebut.
Para peneliti menilai, akan menjadi tugas berat bagi para negara dunia untuk mengontrol tingkat perubahan iklim. Sebab, Knator Met untuk WMO menyebut, potensi peningkatan suhu di atas 1,5 derajat Celcius bakal semakin besar.
Ilmuwan-ilmuwan itu berujar, “rata-rata suhu tahunan Bumi telah melampaui 1 derajat Celcius lebih tinggi dibanding 1850-an. Angkanya mungkin akan tetap di kisaran itu selama lima tahun ke depan.”
Lantas, apa dampak yang akan kita rasakan sebagai penghuni Bumi?
Sejumlah belahan dunia bakal mengalami kenaikan suhu panas lebih dari negara lain. Para ilmuwan bahkan menyebut, Arktik berpotensi menghangat lebih dari dua kali lipat dibanding rata-rata dunia pada 2020.
“Selama lima tahun ke depan, bakal ada lebih banyak badai di Eropa Barat, akibat naiknya permukaan laut,” tambah para ilmuwan.
Studi itu juga mempelajari dampak emisi karbon akibat kegiatan manusia, walau tak memuat penurunan emisi CO2 karena pandemi. Namun, menurut WMO, penurunan itu tak berdampak terhadap suhu di awal 2020.
Sekretaris Jenderal WMO, Prof Petteri Taalas mengatakan, “kami telah menekankan berkali-kali, perlambatan industri dan ekonomi akibat COVID-19 tak menjadi pengganti tindakan iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi.”
“Karena CO2 yang bisa bertahan lama di atmosfer, dampak penurunan emisi tahun ini diperkirakan tidak akan menyebabkan pengurangan konsentrasi atmosfer CO2, yang mendorong kenaikan suhu global.
“Sementara Covid-19 telah menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi internasional yang parah, kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem dan ekonomi selama berabad-abad. Pemerintah harus menggunakan kesempatan ini untuk melakukan aksi iklim sebagai bagian dari program pemulihan dan memastikan bahwa kita bertindak lebih baik, “katanya.
Jika ambang batas 1,5 derajat Celcius terlewati di tahun-tahun mendatang para ahli menekankan itu tidak berarti target tidak valid.
Namun, sekali lagi, hal itu akan menggarisbawahi urgensi pengurangan emisi yang signifikan untuk mencegah dunia mengarah ke situasi yang berbahaya, di mana suhu menjadi lebih hangat.