CakapCakap – Cakap People! Apakah kamu sudah bertemu jodoh? Apakah yang belum bertemu jodoh, harus tetap mencari ataukah ada yang salah arah dalam mencari jodoh? Tetapi, bagaimana kamu tahu bahwa kamu telah menemukan “jodoh” itu?
Saat sudah bertemu “jodoh”, apakah kamu termasuk yang hanya menerima dirinya apa adanya, karena menganggap bahwa itu sudah takdir (destiny mindset)? Ataukah kamu termasuk yang berpandangan bahwa “jodoh” itu adalah saling menemukan, tumbuh dan berkembang bersama, saling mengevaluasi dan bergerak untuk sebuah hubungan dan kehidupan yang semakin baik (growth relationship)?
Mari kita simak tulisan Gery Karantzas (Deakin University) di laman The Conversation, Rabu, 10 Juli 2019 berikut ini;
Penelitian dalam “Science of Relationship” yang mencakup dua dekade terakhir ini menunjukkan bahwa mempertahankan “destiny mindset” atau pola pikir “takdir”—bahwa setiap orang akan bertemu jodoh dengan berbagai cara—dapat menjadi masalah bagi kehidupan percintaan kita.
Destiny mindset (pola pikir takdir) memengaruhi cara kita mengevaluasi pasangan dalam hubungan asmara dan cara kita mempertahankan hubungan yang langgeng. Bahkan, bagi sebagian orang, pola pikir ini termasuk menerima apa adanya segala sifat dan karakter (gambaran mental) seseorang yang menjadi pasangannya.
Seberapa Besar Pola Pikir Takdir Ini Berpengaruh?
Pola pikir takdir (destiny mindset) dapat membuat seseorang kurang terbuka untuk mengembangkan hubungan dengan seseorang yang banyak memiliki kualitas bagus, tetapi tidak cocok dengan gambaran mental seseorang tentang “jodoh”.
Seseorang yang memiliki pola pikir takdir mungkin lebih cenderung berfokus pada potensi kesalahan atau kekurangan orang lain atau pasangannya itu misalnya, daripada berpusat pada kualitas baik mereka.
Di sisi lain, seseorang mungkin tidak mengejar untuk sebuah cinta yang potensial dengan harapan bahwa sesuatu yang lebih baik datang sesuai dengan visi takdir mereka. Dengan mempertahankan pola pikir takdir, mereka dapat menolak peluang nyata untuk menemukan cinta.
Bagi mereka yang berada dalam hubungan ini, mempertahankan pola pikir takdir dapat dikaitkan dengan kepuasan hubungan, jika hubungan saat ini erat (jika tidak sempurna), maka itu sesuai atau cocok dengan takdir seseorang.
Tetapi jika hubungan tersebut tidak sejalan dengan visi takdir seseorang, atau jika hubungan tersebut dievaluasi karena tidak lagi sesuai dengan takdir seseorang, ketidakpuasan dapat terjadi.
Penelitian menunjukkan orang yang memiliki pola pikir takdir tidak bekerja keras pada hubungan mereka karena mereka memiliki pandangan yang sangat tetap tentang pasangan dan hubungan mereka. Mereka cenderung menerima hal-hal sebagaimana adanya — entah hubungan yang dimaksudkan itu berjalan baik atau tidak — daripada menempatkan waktu dan upaya untuk membuat hubungan bekerja dan memperbaiki masalah hubungan.
Apakah Ada Alternatif yang Lebih Baik?
Berbeda dengan pola pikir takdir, beberapa orang memegang pola pikir “growth relationship” atau “hubungan yang berkembang”. Ini termasuk keyakinan dan harapan bahwa pasangan dan hubungan memiliki kapasitas untuk berkembang dan berubah seiring waktu, dan bahwa masalah atau tantangan dapat diatasi.
Penelitian sampai saat ini menunjukkan pola pikir berkembang (growth relationship) ini dikaitkan dengan cara yang lebih efektif untuk mengatasi tantangan hubungan dan menggunakan lebih banyak pemecahan masalah untuk menghadapi kesulitan hubungan.
Orang-orang dengan pola pikir berkembang (growth relationship) ini mengalami berbagai hal positif seperti hubungan yang lebih besar dan kepuasan seksual dan memiliki cara penanganan konflik yang lebih baik dan lebih konstruktif. Pola pikir berkembang juga telah ditemukan untuk mengurangi risiko berakhirnya hubungan.
Dapatkah Memiliki Keduanya?
Beberapa orang menceritakan pertemuan dengan pasangannya dan mengetahui bahwa mereka adalah “jodohnya”. Tetapi ketika menggambarkan bagaimana hubungan mereka telah berkembang dari waktu ke waktu, jelas mereka menempatkan waktu dan upaya ke dalamnya dan menangani bersama ketika muncul sebuah masalah.
Orang-orang ini mungkin memiliki keyakinan tentang takdir, tetapi secara keseluruhan, memiliki lebih banyak pola pikir yang berkembang tentang hubungan mereka.
Pasangan-pasangan ini sering mengakui bahwa pasangan mereka dan hubungan mereka telah berubah, misalnya, dan sering mencatat bahwa mereka telah saling membantu berkembang dan tumbuh dari waktu ke waktu.