in ,

Studi: Vaksin COVID-19 Pfizer Hanya Kehilangan Sedikit Keefektifan Melawan Mutasi Kunci Varian Baru Afrika Selatan

Para ilmuwan saat ini sedang merekayasa virus dengan mutasi lengkap.

CakapCakapCakap People! Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech tampaknya hanya kehilangan sedikit keefektifan terhadap virus yang direkayasa dengan tiga mutasi kunci dari varian baru yang ditemukan di Afrika Selatan, demikian hasil sebuah studi laboratorium yang dilakukan oleh produsen obat Amerika Serikat (AS) tersebut.

Melansir laporan Reuters, Kamis, 28 Januari 2021, studi yang dilakukan oleh Pfizer dan ilmuwan dari University of Texas Medical Branch (UTMB), yang belum ditinjau oleh rekan sejawat, menunjukkan penurunan kurang dari dua kali lipat dalam tingkat titer antibodi, menunjukkan vaksin kemungkinan masih akan efektif dalam menetralkan virus dengan mutasi yang disebut E484K dan N501Y yang ditemukan pada varian Afrika Selatan.

Para ilmuwan saat ini sedang merekayasa virus dengan mutasi lengkap. [FOTO: AFP]

Penelitian dilakukan pada darah yang diambil dari orang yang telah diberi vaksin. Penemuannya terbatas, karena tidak melihat rangkaian lengkap mutasi yang ditemukan pada varian baru Afrika Selatan.

Meskipun temuan ini tidak menunjukkan perlunya vaksin baru untuk mengatasi varian baru yang muncul, Pfizer dan BioNTech siap untuk merespons jika varian SARS-CoV-2 menunjukkan bukti lolosnya kekebalan oleh vaksin COVID-19 buatan mereka, kata perusahaan tersebut.

Para ilmuwan saat ini sedang merekayasa virus dengan serangkaian mutasi lengkap dan mengharapkan hasilnya keluar dalam waktu sekitar dua minggu, menurut Pei-Yong Shi, penulis studi dan profesor di UTMB.

Ilustrasi virus corona. [Foto: CNN]

Hasil ini lebih menggembirakan daripada studi non-peer review lainnya dari para ilmuwan di Universitas Columbia pada Rabu pagi, 27 Januari 2021, yang menggunakan metode yang sedikit berbeda dan menunjukkan antibodi yang dihasilkan oleh suntikan vaksin secara signifikan kurang efektif melawan varian Afrika Selatan.

Salah satu alasan yang mungkin untuk perbedaan tersebut adalah bahwa temuan Pfizer didasarkan pada virus corona yang direkayasa, dan studi Columbia menggunakan pseudovirus berdasarkan virus stomatitis vesikuler, jenis virus yang berbeda, kata Shi dari UTMB. Dia mengatakan dia percaya bahwa temuan di pseudovirus harus divalidasi menggunakan virus yang sebenarnya.

Studi tersebut juga menunjukkan hasil yang lebih baik terhadap beberapa mutasi kunci dari varian virus Inggris yang sangat mudah menular. Shi mengatakan mereka juga sedang mengerjakan virus yang direkayasa dengan mutasi lengkap dari varian itu juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WHO Keluarkan Pedoman Klinis Baru Untuk Merawat Pasien COVID-19, Ini Rekomendasinya!

5 Atlet Indonesia Ini Putuskan Jadi Mualaf, Salah Satunya Penyumbang Emas di Asian Games 2018