in ,

Studi: Tingkat Bunuh Diri di Jepang Melonjak 16% pada Gelombang Kedua COVID-19

Tingkat bunuh diri anak melonjak 49% pada gelombang kedua COVID-19.

CakapCakapCakap People! Tingkat bunuh diri di Jepang kembali melonjak pada gelombang kedua pandemi COVID-19, terutama di kalangan wanita dan anak-anak. Angka bunuh diri di negara itu sempat turun pada gelombang pertama ketika pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat. Demikian diungkapkan hasil studi.

Reuters melaporkan, tingkat bunuh diri pada Juli-Oktober naik 16% dari periode yang sama tahun sebelumnya, ini adalah kenaikan tajam dari penurunan angka yang tercatat pada Februari-Juni sebesar 14%, menurut hasil studi yang dilakukan para peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong dan Institut Gerontologi Metropolitan Tokyo.

Jepang melihat infeksi harian baru mencapai 6.000 untuk pertama kalinya pada hari Rabu, 6 Januari 2021. [FOTO: REUTERS]

“Tidak seperti keadaan ekonomi normal, pandemi ini secara tidak proporsional memengaruhi kesehatan psikologis anak-anak, remaja, dan wanita (terutama ibu rumah tangga),” tulis penulis dalam penelitian yang diterbitkan pada hari Jumat, 15 Januari 2021, di jurnal Nature Human Behavior.

Studi itu menemukan bahwa penurunan awal angka bunuh diri sebelumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti subsidi pemerintah, berkurangnya jam kerja dan penutupan sekolah.

Namun penurunan itu berbalik naik – dengan tingkat bunuh diri melonjak 37% untuk wanita, sekitar lima kali lipat di antara pria – karena pandemi berkepanjangan melukai industri di mana wanita mendominasi, meningkatkan beban pada ibu yang bekerja, sementara kekerasan dalam rumah tangga meningkat, kata laporan itu.

Studi tersebut yang mengacu pada data Kementerian Kesehatan Jepang dari November 2016 hingga Oktober 2020, menemukan tingkat bunuh diri anak melonjak 49% pada gelombang kedua COVID-19, sesuai dengan periode setelah penutupan sekolah secara nasional.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga bulan ini mengumumkan keadaan darurat COVID-19 untuk Tokyo dan tiga prefektur di sekitarnya dalam upaya untuk membendung kebangkitan kembali COVID-19. Suga memperluas keadaan darurat itu pekan ini ke tujuh prefektur lagi, termasuk Osaka dan Kyoto.

Taro Kono, Menteri Reformasi Administrasi dan Peraturan, mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis, 14 Januari, bahwa sementara pemerintah akan mempertimbangkan untuk memperpanjang keadaan darurat, itu “tidak dapat membunuh ekonomi.”

“Orang-orang khawatir tentang COVID-19. Tapi banyak juga yang bunuh diri karena kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, dan tidak bisa melihat harapan, ”katanya. “Kami perlu mencapai keseimbangan antara mengelola COVID-19 dan mengelola ekonomi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Dirjen WHO: Dunia Menghadapi “Kegagalan Moral yang Parah” Akibat Kebijakan Vaksin COVID-19 yang Tidak Setara

5 Pebasket Ini Raih Kesuksesan di Luar Lapangan, Siapa Saja?