CakapCakap – Cakap People! Orang yang rutin makan daging merah dapat memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 di masa depan.
Demikian menurut sebuah penelitian besar yang diterbitkan pada bulan Oktober di The American Journal of Clinical Nutrition. Disebut bahwa orang yang sering mengonsumsi daging olahan, seperti bacon, hot dog, dan daging makan siang, memiliki risiko lebih besar lagi.
Mengurangi daging merah dan melakukan perubahan gaya hidup lainnya dapat membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2, kata Xiao Gu, penulis utama studi tersebut yang juga peneliti nutrisi di Harvard TH Chan School of Public Health.
Dikutip dari Channel News Asia, dalam studi ini Gu dan rekan-rekannya menganalisis data hampir 217.000 profesional kesehatan yang telah berpartisipasi dalam tiga penelitian besar selama beberapa dekade. Para partisipan menjawab pertanyaan rinci tentang pola makan dan riwayat kesehatan mereka setiap dua hingga empat tahun.
Setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain, termasuk aktivitas fisik dan asupan alkohol, para peneliti menemukan bahwa semakin banyak porsi daging merah yang dimakan seseorang, semakin besar kemungkinan mereka terkena diabetes.
Mereka yang makan daging sapi, babi, atau domba sekitar enam ons setiap hari memiliki risiko 62 persen lebih tinggi terkena diabetes Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang makan lebih sedikit, yakni sekitar dua porsi. per minggu.
Penelitian ini tidak menunjukkan bahwa makan daging merah secara langsung menyebabkan diabetes tipe 2 melainkan hanya menunjukkan hubungan antara seberapa banyak daging merah yang kamu makan dan risiko penyakit.
Lebih dari 80 persen peserta adalah perempuan dan 90 persen berkulit putih. Para peneliti menemukan hubungan antara konsumsi daging merah dan diabetes tipe 2 pada orang Asia dan Hispanik terbilang lemah karena jumlah partisipan dalam kategori tersebut sangat rendah.
Namun temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menimbulkan kekhawatiran mengenai konsumsi daging merah dalam jumlah besar, dan menunjukkan bahwa perubahan pola makan dapat memberikan dampak. Menukar satu porsi daging per hari dengan sumber protein nabati atau dengan produk susu seperti yoghurt juga menurunkan risiko diabetes, demikian menurut hasil penelitian.
Ruchi Mathur, ahli endokrinologi di Cedars-Sinai di Los Angeles menjelaskan bahwa daging merah sejatinya adalah sumber protein, vitamin B12, dan selenium yang bagus. Namun, daging merah juga tinggi akan lemak jenuh. Penelitian terdahulu telah menemukan keterkaitan antara lemak jenuh dengan resistensi insulin pada orang dewasa yang kelebihan berat badan dan obesitas.
Dalam penelitian pada hewan, tingginya kadar natrium dan bahan pengawet kimia seperti nitrat dan nitrit, yang ditemukan dalam daging yang diawetkan, telah terbukti meningkatkan peradangan dan merusak sel-sel di pankreas, yang memproduksi insulin. Orang menderita diabetes tipe 2 ketika tubuh mereka tidak mampu memproduksi cukup insulin.
Daging merah juga mengandung sejenis zat besi yang disebut heme dalam kadar tinggi, yang diyakini para peneliti dapat mempengaruhi produksi insulin. Sebagian besar penelitian yang menunjukkan hubungan antara daging merah dan diabetes pada manusia bersifat observasional dan bergantung pada orang yang melaporkan secara akurat apa yang mereka makan selama setahun.
Orang yang makan lebih banyak daging merah dan lebih mungkin menderita diabetes juga cenderung memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi dan kurang aktif secara fisik, dan mereka lebih cenderung menjadi perokok meskipun para peneliti telah mencoba mengendalikan faktor-faktor ini melalui model matematika.