CakapCakap – Cakap People! Para ilmuwan Inggris menemukan bahwa rejimen vaksin COVID-19 dua dosis tidak menginduksi antibodi penetral yang cukup terhadap virus corona varian Omicron. Itu berarti bahwa peningkatan infeksi pada mereka yang sebelumnya terinfeksi atau divaksinasi mungkin terjadi.
Para peneliti dari Universitas Oxford itu merilis hasil studi tersebut pada hari Senin, 12 Desember 2021, namun penelitian itu belum ditinjau oleh rekan sejawat. Dalam studi itu, mereka menganalisis sampel darah dari peserta yang diberi dosis vaksin AstraZeneca-Oxford atau Pfizer-BioNTech dalam sebuah penelitian besar yang meneliti pencampuran vaksin, Reuters melaporkan.
Hasilnya muncul sehari setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan bahwa dua suntikan vaksin tidak akan cukup untuk menahan Omicron, menyusul temuan dari badan kesehatan Inggris pekan lalu bahwa booster secara signifikan memulihkan perlindungan terhadap varian tersebut.
Studi Oxford mengatakan bahwa belum ada bukti bahwa tingkat antibodi pelawan infeksi yang lebih rendah terhadap Omicron dapat menyebabkan risiko penyakit parah, rawat inap, atau kematian yang lebih tinggi pada mereka yang telah mendapat dua dosis vaksin yang disetujui.
“Data ini penting tetapi hanya satu bagian dari gambaran. Mereka hanya melihat antibodi penawar setelah dosis kedua, tetapi tidak memberi tahu kami tentang kekebalan seluler, dan ini juga akan diuji,” kata Matthew Snape, profesor dan rekan penulis makalah di Oxford.