CakapCakap – Cakap People! Emisi gas rumah kaca Brasil meningkat sebesar 9,5% pada tahun 2020 yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan deforestasi di Amazon selama tahun kedua pemerintahan Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro. Demikian diungkapkan sebuah laporan yang dirilis pada hari Kamis, 28 Oktober 2021, oleh para ahli perubahan iklim.
Sementara sebagian besar negara menghasilkan lebih sedikit emisi karbon selama krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona, Brasil pada 2020 mengeluarkan 2,16 miliar ton setara karbon dioksida (GtCO2e), naik dari 1,97 miliar pada 2019, menurut penelitian tersebut, seperti dikutip Reuters.
Termasuk penghilangan gas rumah kaca oleh hutan sekunder dan kawasan lindung, emisi bersih naik 14% tahun lalu menjadi 1,52 GtCO2e, menurut studi SEEG yang disponsori oleh kelompok advokasi Observatorium Iklim.
“Deforestasi terus mendominasi emisi kita, dengan tren meningkat di tahun di mana Brasil harus mulai memenuhi target Perjanjian Iklim Paris,” kata Tasso Azevedo, pakar iklim yang mengoordinasikan studi SEEG.
Peningkatan deforestasi akan menempatkan Brasil pada posisi yang kurang menguntungkan dalam negosiasi iklim di COP26, yang dimulai pada hari Minggu, 31 Oktber 2021, di Glasgow, kata kepala Observatorium Iklim Marcio Astrini.
“Brasil telah mencapai prestasi sebagai satu-satunya penghasil emisi besar yang mencemari lebih banyak selama tahun pertama pandemi,” katanya.
Brasil akan meningkatkan target Perjanjian Iklim Parisnya di COP26 saat mencoba memulihkan kredibilitas kebijakan lingkungannya, memajukan ke 2050 dari 2060 untuk tujuan netralitas karbonnya, atau emisi gas nol bersih.
Pada pertemuan puncak Hari Bumi yang diselenggarakan pada bulan April oleh Presiden AS Joe Biden, Bolsonaro berjanji untuk mengakhiri deforestasi ilegal di Amazon pada tahun 2030. Namun ia terus mendorong pertambangan komersial dan pertanian di sana, termasuk di tanah adat yang dilindungi.
Aktivis lingkungan memperingatkan bahwa target iklim yang jauh itu bertentangan dengan apa yang sekarang terjadi di Amazon, dengan pihak berwenang menutup mata terhadap pembalakan liar dan pertambangan, yang telah mendorong hutan tropis terbesar di dunia itu menuju titik tidak bisa kembali.