in ,

Studi Awal Temukan Kerusakan Otak pada Pasien COVID-19 yang Parah

Temuan ini memberikan gambaran penting mengenai komplikasi pada otak pasien COVID-19.

CakapCakapCakap People! Sebuah penelitian awal terhadap pasien virus corona atau COVID-19 yang dirawat di rumah sakit menunjukkan penyakit ini merusak otak yang menyebabkan komplikasi seperti stroke, peradangan, psikosis dan gejala mirip demensia. 

Temuan ini memberikan gambaran penting mengenai komplikasi pada otak pasien COVID-19. 

FOTO FILE: Gambar komputer yang dibuat oleh Nexu Science Communication bersama dengan Trinity College di Dublin, menunjukkan model yang secara struktural mewakili betacoronavirus yang merupakan jenis virus yang dikaitkan dengan COVID-19, yang lebih dikenal sebagai coronavirus yang terkait dengan wabah Wuhan, dibagikan dengan Reuters pada 18 Februari 2020. [Foto: NEXU Science Communication / via REUTERS]

Peneliti menekankan perlunya penelitian yang lebih luas demi mengetahui cara kerja komplikasi serta membantu menemukan pengobatan yang tepat. 

“Temuan ini penting karena kami terus mengumpulkan informasi semacam ini demi memahami sepenuhnya cara kerja virus,” kata salah satu ketua riset, Sarah Pett, seorang profesor di University College London, seperti dilaporkan Reuters, Kamis, 25 Juni 2020.

Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, Kamis, 25 Juni 2020, dengan meneliti terhadap 125 pasien kasus COVID-19 di Inggris. 

Ketua peneliti lainnya, Benedict Michael dari Liverpool University mengatakan mereka memfokuskan penelitian terhadap penderita COVID-19 dengan gejala sakit parah. 

Ilustrasi otak. [Foto: Times of India]

Peneliti mengumpulkan data antara 2 April dan 26 April 2020 ketika kasus Covid-19 meningkat secara eksponensial di Inggris. 

Para pasien paling banyak mengalami stroke yakni sebanyak 77 orang yang sebagian besar berusia di atas 60 tahun. Sebagian besar stroke disebabkan oleh penyumbatan darah di otak, dikenal dengan stroke iskemik. 

Kajian itu juga menemukan 39 pasien menunjukkan tanda-tanda linglung atau perubahan tingkah laku yang mencerminkan perubahan kondisi mental atau pikiran seseorang. 

Dari 39 orang itu, sembilan di antaranya mengalami disfungsi atau kegagalan fungsi otak yang tidak spesifik atau dikenal dengan istilah ensefalopati. Sementara itu, tujuh di antaranya mengalami peradangan otak atau ensefalitis.

Michael mengatakan bahwa temuan itu merupakan langkah awal yang penting untuk mendefinisikan efek COVID-19 pada otak. 

“Kami sekarang membutuhkan penelitian terperinci untuk memahami mekanisme biologis yang mungkin terjadi … sehingga kami dapat mengeksplorasi perawatan potensial,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Johnny Depp Dirumorkan Bakal Perankan Joker di Film Batman Baru

Perusahaan Malaysia Ini Bikin Sedotan yang Bisa Dimakan dan Ramah Lingkungan