CakapCakap – Cakap People! Pada puncak pandemi COVID-19, lebih dari 40 persen orang Amerika ditemukan tidak jujur tentang kondisi mereka yang sebenarnya. Survei nasional menunjukan peserta memilih berbohong tentang apakah mereka memiliki virus atau mengabaikan tindakan pencegahan keamanan.
Survei Desember terhadap 1.700 orang menemukan 721 responden salah mengartikan status COVID-19 mereka atau gagal mengikuti rekomendasi kesehatan masyarakat. Kebohongan itu seperti mengabaikan aturan karantina.
Selain itu, mereka mengaku telah mengambil lebih banyak tindakan pencegahan, padahal tidak. Mereka juga tidak menyebutkan bahwa mereka mungkin atau memang menderita COVID-19 ketika masuk ke layanan kesehatan.
Mereka juga tidak jujur tentang status vaksinasi. Alasan paling umum dari kurangnya transparansi tersebut adalah karena orang ingin merasa normal atau menjalankan kebebasan pribadi.
“Langkah-langkah keamanan COVID-19 tentu saja bisa memberatkan, tetapi itu berhasil,” kata rekan penulis Andrea Gurmankin Levy, seorang profesor ilmu sosial di Middlesex Community College di Connecticut, seperi dikutip dari laman unitedpressinternational, Selasa, 18 Oktober 2022.
Rekan penulis Angela Fagerlin, kepala ilmu kesehatan populasi di University of Utah Health, mengatakan survei tersebut menimbulkan kekhawatiran. Hal itu tentang bagaimana keengganan untuk secara jujur melaporkan status kesehatan dan kepatuhan terhadap masker, jarak sosial, dan langkah-langkah kesehatan masyarakat bisa memperpanjang pandemi dan menyebarkan penyakit menular.
“Beberapa orang mungkin berpikir jika mereka berbohong tentang status COVID-19 mereka sekali atau dua kali, itu bukan masalah besar,” kata Fagerlin dalam rilis berita University of Utah.
Tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, hampir setengah dari penduduk melakukannya. Jadi, itu adalah masalah signifikan yang berkontribusi untuk memperpanjang pandemi.
Responden memberikan berbagai alasan atas kebohongan mereka. Warga Amerika tidak menganggap COVID-19 itu nyata atau masalah besar. Kebanyakan mereka merasa tidak sakit, tidak boleh melewatkan pekerjaan atau tinggal di rumah, mengikuti saran dari figur publik atau selebritas.
“Ketika orang tidak jujur tentang status COVID-19 mereka atau tindakan pencegahan apa yang mereka ambil, itu dapat meningkatkan penyebaran penyakit di komunitas mereka,” kata Levy dalam rilisnya.
Klik DI SINI untuk meneruskan membaca, Cakap People!