Yanita Nurhasanah
CakapCakap – Cakap People tentu sudah mengenal apa itu WhatsApp dan barangkali kamu merupakan salah satu penggunanya. WhatsApp sendiri merupakan salah satu aplikasi yang berguna untuk berkomunikasi bukan hanya melalui pesan yang berupa teks saja, namun juga pesan suara.
Dan kini, setelah beroperasi selama kurang lebih 10 tahun, WhatsApp akhirnya dimonetasi. Adapun monetasi ini dilakukan setelah sebelumnya WhatsApp diakusisi oleh pihak Facebook. WhatsApp sendiri merupakan alternatif pengiriman pesan yang lebih murah dibandingkan harus mengirimkan pesan melalui SMS. WhatsApp pada awalnya didirikan oleh Brian Acton dan Jan Koum. Kepemilikannya kemudian diakuisisi oleh Facebook pada tahun 2014.
WhatsApp sendiri pernah mencoba dalam mencari uang melalui layanan berlangganan. Dalam hal ini, pelanggan akan dikenakan biaya US$ 1 per tahunnya. Adapun biaya tersebut juga diterapkan untuk beberapa pengguna, namun akhirnya layanan ini digratiskan.
WhatsApp juga pernah ingin memonetasi bisnis dengan cara menggantu layanan pengganti SMS ke penumpang pesawat. Dalam hal ini, maskapai pesawat akan mengingatkan waktu keberangkatan dengan cara mengirimkan pesan melalui WhatsApp. Meski demikian, kelanjutan dari langkah monetisasi WhatsApp yang satu ini tidaklah jelas.
Dan sekarang, WhatsApp kembali akan dimonetitasi oleh pihak Facebook dengan mengijinkan masuknya iklan di platform. Hal ini telah diumumkan di facebook Marketing Summit yang dilakukan di Berlin, Jerman pada bulan Mei tahun 2019.
Menurut Matt Navarra yang juga merupakan seorang analisis media sosial, ia menuliskan dalam cuitannya di Twitter jika WhatsApp Status akan ada iklan di tahun 2020. Analisis media sosial ini juga mengatakan jika iklan tersebut akan disisipkan di bagian WhatsApp status. Adapun bentuknya adalah seperti penyelipan iklan yang ada di Facebook Stories dan juga IG stories.
Meski demikian, 2 pendiri WhatsApp justru mengumumkan untuk mengundurkan diri dari facebook pada tahun 2018 yang lalu. Menurut informasi yang ada, mereka lebih memilih untuk meninggalkan perusahaan karena tidak sepakat dengan cara Mark Zurkerbeg dalam menggunakan data pengguna hingga bisnis yang ia jalankan dengan cara memonetisasi iklan di WhatsApp.
