CakapCakap – Cakap People! Lebih dari setengah populasi di Los Angeles (LA), Amerika Serikat, kini harus kehilangan pekerjaan mereka dan menganggur. Demikian diungkapkan survei nasional dari USC Dornsife Center for Economic and Social Research.
Para peneliti menemukan bahwa hanya 45% karyawan di LA yang masih dipekerjakan, dibandingkan dengan 61% pada pertengahan Maret 2020 karena 1,3 juta orang telah kehilangan pekerjaan selama krisis virus corona.
“Di LA, ada tingkat ketidakamanan tertentu pada awalnya, dan itu telah meningkat sedikit lebih banyak daripada rata-rata nasional,” kata Jill Darling, direktur survei USC untuk Understanding America Study, menurut LAist.
Penelitian ini juga menemukan bahwa etnis minoritas terdampak paling parah oleh hilangnya pekerjaan di seluruh negeri, dengan 15% orang kulit putih mengatakan bahwa mereka telah kehilangan pekerjaan, sementara 18% orang Latin dan 21% orang kulit hitam melaporkan kehilangan pekerjaan.
“Dalam keadaan normal kehilangan pekerjaan tanpa akses mendapatkan tunjangan akan cukup buruk, tetapi dalam situasi saat ini, peluang untuk menemukan pekerjaan baru kemungkinan dalam waktu dekat tidak ada,” Arie Kapteyn, direktur USC Dornsife Center for Economic and Social Research, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikutip LA Times.
“Perubahan ini tidak kurang dari bencana bagi mereka yang terkena dampak.”
Pada hari Kamis, 16 April 2020, Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa 5,2 juta orang Amerika mengajukan asuransi pengangguran pada minggu terakhir 11 April. Dari jumlah tersebut, sebanyak 660.966 adalah warga California.
Laporan tersebut menjadikan total pekerja AS selama empat minggu yang menunjukkan pengangguran menjadi 22,03 juta, yang berarti bahwa PHK terkait-virus telah secara efektif menghapus 22 juta pekerjaan yang ditambahkan ekonomi AS sejak pemulihan pasca-Resesi Besar dimulai pada pertengahan 2009.
“Kita disapu begitu cepat,” Heidi Shierholz, seorang ekonom senior di Economic Policy Institute, mengatakan kepada Business Insider.
“Sangat membingungkan.”
Seperti diketahui, hingga Minggu, 19 April 2020, pukul 08.57, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di dunia, dengan mencatatkan sebanyak 738.830 orang yang terinfeksi dan 39.014 orang meninggal dunia akibat virus corona baru ini, menurut data yang dihimpun oleh Worldometers.