CakapCakap – Cakap People! Buah semangka merupakan salah satu bagian penting dari budaya Palestina yang telah berkembang menjadi simbol perlawanan. Warna merah, hijau, putih, dan hitam semangka kerap digunakan dalam karya seni dan emoji oleh warga Palestina dan sekutunya, yang digunakan untuk memprotes Israel.
Semangka telah ditampilkan di postingan media sosial di internet sejak Israel memulai invasi Gaza dimulai pada 7 Oktober. Sejak sat itu tentara zionis telah mengebom Gaza tanpa henti menewaskan lebih dari 8.500 warga sipil Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Simbol semangka bukan hal baru
Penggunaan semangka sebagai simbol Palestina bukanlah hal baru. Ini pertama kali muncul pada 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat dan Gaza serta mencaplok Yerusalem Timur. Setelah itu, pemerintah Israel menggunakan perintah militer untuk menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat.
Untuk menghindari larangan tersebut, warga Palestina mulai menggunakan semangka karena, ketika diiris, buah tersebut menampilkan warna patriotik bendera Palestina – daging semangka berwarna merah, bijinya berwarna hitam, kulitnya berwarna putih, dan kulit luarnya berwarna hijau.
Israel mencabut larangan penggunaan bendera Palestina pada 1993, sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, yang mencakup pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina dan merupakan perjanjian formal pertama yang mencoba menyelesaikan situasi Israel-Palestina. Bendera tersebut dianggap mewakili Otoritas Palestina, yang akan mengelola Gaza dan Tepi Barat.
Pada 2007, ketika Intifada Kedua pecah, seniman Khaled Hourani menciptakan “The Story of the Watermelon” atau “Kisah Semangka” untuk sebuah buku berjudul “Subjective Atlas of Palestine”. Pada 2013, ia mengisolasi satu cetakan dan menamakannya Warna Bendera Palestina, yang kemudian dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia.
Pada 2021, simbol tersebut muncul kembali ketika para pemukim Yahudi, yang didukung oleh keputusan pengadilan Israel, mengambil alih rumah keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.
Pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel memberikan wewenang kepada polisi untuk menyita bendera Palestina. Ada upaya untuk mengubah hal ini menjadi undang-undang tetapi sebelum hal itu bisa terwujud, pemerintah telah runtuh.
Pada Juni, Zazim, sebuah organisasi komunitas Arab-Israel, meluncurkan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Gambar semangka terpampang di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan teks yang menyertainya: “Ini bukan bendera Palestina.”
Amal Saad, warga Palestina dari Haifa yang bekerja pada kampanye Zazim, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka memiliki pesan yang jelas: “Jika Anda ingin menghentikan kami, kami akan mencari cara lain untuk mengekspresikan diri.”
Klik DI SINI untuk melanjutkan membaca, Cakap People!