Sebuah gubuk seluas 6 x 3 meter beratapkan rumbia, berdinding anyaman bambu yang berlokasi di Kelurahan Anggoeya, Kecamatan Andounohu, Kendari, Sulawesi Tenggara jadi saksi semangat siswa penyandang disabilitas untuk menuntut ilmu.
Tempat ini terbilang kurang layak untuk aktivitas belajar mengajar, terdapat dinding yang sudah kusam, tetapi tempat inilah yang di gunakan sehari-hari para siswa untuk menuntut ilmu.
Hiasan poster Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta gambar-gambar hewan dan tumbuhan yang menghiasi dinding gubuk. Lantainya tak lain hanyalah timbunan tanah yang diratakan. Apabila hujan turun bocor pun tak bisa terhindarkan lagi, alas kaki nampak kekuningan terkena tanah basah.
Gubuk tua yang digunakan untuk aktivitas belajar belasan anak penyandang disabilitas merupakan pemberian seorang warga yang berhati mulia ketika melihat semangat para guru mengajari anak anak berkebutuhan khusus. Lokasi sekolah yang berada di tepi hutan dan terdapat rimbunan pohon membuat kesan terisolasi.
Tak terasa bangunan ini berdiri sejak tahun 2015, tetapi bangunan tidak pernah terpantau oleh pemerintah setempat. Sehingga para siswa pun lebih mengenal presidennya daripada pak lurah atau pak camatnya. Meski begitu suara semangat para pejuang pendidik selalu lantang terdengar setiap pagi.
Dari keterangan para guru yang mengajar, para wali murid pernah nyaris putus asa, menganggap anak-anaknya tidak mampu bersaing dengan para siswa di sekolah umum karena anaknya memiliki keterbelakangan mental. Tetapi para guru tetap optimis dan meyakinkan para orang tua kalau anggapan itu salah.
Salah satu guru bernama Ninis Sudarwati mengaku lebih nyaman dan lebih fokus mengajar anak anak yang memiliki keterbelakangan mental daripada harus mengajar di sekolah umum. Ia menuturkan bahwa anak- anak akan lebih fokus belajar di sini walau pemahaman anak lebih lambat prosesnya.
Sekolah ini bertahan atas dasar mengandalkan dana swadaya yaitu dari hasil patungan para suami istri, Ninis Sudarwati dan Yapsin Yaddi. Para siswa ini terdiri beberapa keterbatasan antara lain penyandang tunanetra, tunarungu, autis, tunadaksa dan tunagrahita. Jadi para guru dan orang tua pun harus ekstra sabar, apabila sang anak tidak mau belajar maka tidak bisa dipaksakan.
Apabila anak anak memiliki keinginan belajar maka mereka akan senantiasa mengikuti pembelajaran dengan baik. Setiap harinya mereka diajarkan cara menulis yang benar dan kegiatan menggambar untuk membuatnya senang dan semangat belajar.