CakapCakap – Cakap People! Keberhasilan Maroko maju ke semifinal Piala Dunia 2022 disambut hangat negara-negara di Afrika dan Arab. Tim berjuluk The Atlas Lions ini dianggap sebagai perwakilan mereka melawan kekuatan Eropa dan Amerika Latin Tetapi kemenangan Maroko tersebut tidak dilihat sebelah mata oleh Aljazair. Bahkan televisi pemerintah tidak sekalipun menyebut nama negara tetangga itu dalam berita tentang Piala Dunia.
Tampak aneh memang. Hal ini tak lepas dari panasnya hubungan kedua negara yang berseteru atas wilayah Sahara Barat. Negara itu marah karena Maroko mencaplok wilayah gurun itu pada 1975.
Kejengkelan Aljazair memuncak setelah Amerika Serikat mengakui wilayah Sahara Barat sebagai bagian dari Maroko setelah normalisasi hubungan dengan Israel.
Namun masyarakat Aljazair tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka dengan keberhasilan Maroko lolos ke semifinal. Banyak warga biasa Aljazair bersorak atas keberhasilan tetangga mereka itu, baik dalam semangat solidaritas Afrika Utara yang tulus atau dari naluri universal penggemar sepak bola di seluruh dunia untuk mencari bagian dalam kejayaan olahraga.
“Saya merasa harus mendukung Maroko – tetangga, saudara, dan Muslim,” kata Mehdi Belkassam, 25 tahun, penjual kebab di Aljazair, seperti dikutip Reuters.
“Jika kita fokus pada politik, Maroko adalah musuh setelah memilih Israel sebagai temannya. Tapi sepak bola bukan tentang politik. Itu sebabnya saya mendukung Maroko di Piala Dunia ini,” kata Miloud Mohamed, seorang sopir taksi di Aljazair.
Dengan Maroko sekarang akan melawan Prancis, bekas kekuatan kolonial yang menjajah kedua negara dan merupakan rumah bagi ratusan ribu orang yang mengklaim warisan Afrika Utara, taruhan bagi penggemar sepak bola Afrika Utara telah meningkat sekali lagi.
Bagi penjual kebab Belkassam, warisan Aljazair pada beberapa pemain timnas Prancis terkemuka memang membuat dilema atas pilihan dukungannya, katanya. “Tapi saya akan mendukung Maroko melawan Prancis,” katanya.
Bagi Abdallah Shikh, 65 tahun, sejarah kolonial berarti pilihannya lebih jelas. “Kita semua bersama Maroko,” katanya.
Di antara banyak orang Aljazair dan Maroko yang telah menghabiskan waktu di Prancis, berbagi pengalaman hidup di negeri asing di mana mereka terkadang terkena rasisme, ada persahabatan dalam gagasan semifinal melawan “Les Bleus”.
“Anda tidak dapat menemukan perbedaan antara orang Maroko dan Aljazair di Paris karena Paris adalah kota yang memadukan Casablanca dan Aljazair, kota berpenduduk setidaknya satu juta orang dari wilayah Maghreb,” kata Rachid Oufkir, dari Maroko, yang telah tinggal di sana selama 12 tahun.
Di Rabat, di mana orang-orang Maroko yang gembira telah menikmati kemenangan tim mereka dan ucapan selamat dari sesama penggemar di seluruh Afrika dan Timur Tengah, orang-orang senang berpikir bahwa sepak bola bisa membawa mereka dan orang Aljazair lebih dekat.
“Kemenangan ini dan perayaan spontan yang mengikutinya memperkuat persaudaraan Maroko-Aljazair,” kata Oumar Id Tnain, seorang pegawai museum.
“Bagi kami, Aljazair dan Maroko adalah satu bangsa,” katanya.
Maroko akan menghadapi Prancis di semifinal Piala Dunia Qatar, Kamis dini hari WIB.