in ,

Selamat Tinggal! Dunkin’ Donuts Kini Sudah Tak Ada Lagi

CakapCakap – Perkembangan teknologi di era digital memang telah banyak membawa perubahan. Termasuk di dunia bisnis; perusahaan yang bisa beradaptasi dengan teknologi maka pasti mampu mengikuti perkembangan, namun yang gagal mengimbangi perputaran zaman maka akan digilas oleh perubahan. Cakap People lihat saja, ada banyak perusahaan yang dulu berjaya di masa lampau, kini bangkrut dan hanya tinggal nama karena gagal menyerap teknologi digital yang terus berjalan.

Nah, sepertinya Dunkin’ Donuts juga sedang mencoba untuk ‘berdamai’ dengan perubahan tersebut. Perusahaan semakin beralih ke solusi teknologi, termasuk lebih banyak menggunakan sistem tap, meski perubahan menu menjadi isu utama. Dilansir oleh Okezone.com, pastinya kamu tidak akan menemukan lagi nama Dunkin’ Donuts di masa mendatang. “Dunkin’ adalah versi yang lebih singkat, lebih sederhana, lebih modern,” ungkao CEO Dunkin’ Donuts David Hoffmann bercerita baru-baru ini.

Manajemen Dunkin’ Donuts memutuskan hanya memakai nama Dunkin’ karena mengalihkan fokusnya pada menu minuman, bukan lagi donat via Istimewa.

Ke depannya, mereka memang hanya akan menggunakan nama Dunkin’, karena tidak lagi fokus pada penjualan donat, melainkan lebih mengutamakan menu minuman sebagai bisnis unggulan di masa depan. “Selama dua tahun, kami telah fokus untuk mengembangkan Dunkin menjadi merek utama, dan minuman menjadi merek unggulan yang telah menerapkan apa yang kami sebut blueprint dalam pertumbuhan perusahaan,” tambahnya. Saat ini, 60% pemasukan mereka memang dari minuman.

Gerai minuman berkelas internasional, Starbucks juga sedang mengalami terpaan akibat perubahan. Meski tak dikaitkan secara jelas, perubahan perilaku konsumen era digital jelas ikut mempengaruhi perusahaan tersebut, seperti kebanyakan bisnis ritel yang saat ini benar-benar lesu akibat penjualan yang sangat melorot. Dilansir laman Kompas.com, kalangan analis Wall Street menyebut Starbucks memiliki dua masalah utama, banyaknya jumlah toko dan harga jual produk yang terlampau tinggi.

Kedua masalah utama tersebut muncul seiring dengan semakin menguatnya pertumbuhan bisnis e-commerce. Sehingga, jumlah toko Starbucks yang sangat banyak jelas membuat mereka memiliki pengeluaran sangat tinggi, sementara penjualannya malah dihancurkan oleh bisnis-bisnis yang telah beralih ke dunia e-commerce. Apalagi, harganya yang terlalu tinggi juga membuat mereka kalah dari persaingan. Nah, bagaimana menurut Cakap People? [ED/RM]

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berkenalan dengan Kue Tradisional Buroncong, Teman Ngopi yang Asyik!

Baru! Facebook akan Rilis Tombol Share to Whatsapp