CakapCakap – Cakap People! Negara-negara di dunia saat ini sedang dalam perlombaan untuk segera menemukan obat dan vaksin untuk melawan virus ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 170 vaksin yang dilacak. Dari jumlah tersebut, sudah ada 7 kandidat vaksin COVID-19 potensial yang beberapa diantaranya telah melakukan uji coba Fase III, salah satunya adalah AstraZeneca.
Selain vaksin, Astrazeneca juga sedang mengembangkan pengobatan berbasis antibodi sebagai pencegahan dan sekaligus pengobatan COVID-19.
Melansir Reuters, produsen obat dari Inggris, AstraZeneca, mengatakan pada hari Selasa, 25 Agustus 2020, bahwa pihaknya telah memulai menguji koktail berbasis antibodi untuk pencegahan dan pengobatan COVID-19, dengan peserta pertama telah diberi dosis. Ini menambah tanda-tanda kemajuan baru-baru ini tentang kemungkinan solusi medis untuk penyakit tersebut.
AstraZeneca yang kandidat vaksin COVID-19-nya termasuk yang paling maju ini, mengatakan uji coba tahap awal akan mengevaluasi apakah AZD7442 yang merupakan kombinasi dari dua antibodi monoklonal (mAbs) itu aman dan dapat ditoleransi, yang diberikan kepada 48 peserta sehat antara usia 18 dhingga 55 tahun.
Jika uji coba yang berbasis di Inggris ini memiliki hasil positif, AstraZeneca mengatakan akan melanjutkan dengan uji coba tahap menengah hingga akhir yang lebih besar untuk menguji AZD7442 sebagai pengobatan pencegahan untuk penyakit dan obat untuk pasien yang memiliki COVID-19.
Antibodi monoklonal (mAbs) meniru antibodi alami yang dihasilkan dalam tubuh untuk melawan infeksi dan dapat disintesis di laboratorium untuk mengobati penyakit pada pasien dan telah didukung oleh ilmuwan terkemuka. Penggunaan saat ini termasuk pengobatan untuk beberapa jenis kanker.
AstraZeneca yang terdaftar di London ini pada bulan Juni telah menerima 23,7 juta dolar AS dana dari lembaga pemerintah AS untuk memajukan pengembangan perawatan berbasis antibodi untuk virus corona baru.
Sementara itu, perusahaan yang berbasis di AS Regeneron dan ELi Lilly juga menguji perawatan berbasis mAbs untuk COVID-19.
Meskipun vaksin merupakan jantung dari perjuangan jangka panjang melawan pandemi, pengobatan alternatif juga sedang dikembangkan, dan Amerika Serikat pada hari Minggu mengesahkan penggunaan plasma pasien COVID-19 yang telah pulih untuk merawat mereka yang sakit.