CakapCakap – Cakap People! Secret Service Amerika Serikat pada Senin mengakui melarang seorang wali kota Muslim dari Kota Prospect Park, New Jersey, untuk menghadiri perayaan Idul Fitri di Gedung Putih bersama Presiden Joe Biden.
Insiden itu menimpa Wali Kota Mohamed Khairullah hanya sesaat sebelum dia dijadwalkan tiba di Gedung Putih untuk perayaan Idul Fitri.
Dia mengatakan menerima telepon dari Gedung Putih yang menyatakan bahwa dirinya belum diizinkan masuk oleh Secret Service. Akibatnya, pria berusia 47 tahun itu tidak dapat menghadiri perayaan di mana Biden menyampaikan sambutan kepada ratusan tamu.
“Saya bingung dan kecewa,” kata Khairullah lewat wawancara via telepon pada Senin malam.
“Bukan soal tidak bisa ke pesta, tapi kenapa tidak boleh. Ini karena sebuah daftar yang menargetkan identitas saya. Menurut saya pejabat tertinggi AS tidak boleh kalah dengan profil seperti itu,” ujar dia.
Jubir Secret Service, Anthony Guglielmi, mengkonfirmasi penolakan terhadap Khairullah. Tetapi, dia tak mengungkap alasan penolakan tersebut.
“Meskipun kami menyesali ketidaknyamanan yang ditimbulkan, wali kota Khairullah tidak diizinkan memasuki kompleks Gedung Putih malam ini,” kata Guglielmi dalam sebuah pernyataan.
“Sayangnya, kami tidak dapat berkomentar lebih lanjut tentang cara dan metode perlindungan khusus yang digunakan untuk melakukan operasi keamanan kami di Gedung Putih.”
Gedung Putih menolak berkomentar.
Khairullah kemudian melaporkan insiden ini kepada Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang New Jersey.
Selaedin Maksut, direktur eksekutif CAIR cabang New Jersey, menyebut langkah itu “sepenuhnya tidak dapat diterima dan menghina.”
“Jika insiden seperti ini terjadi pada tokoh Muslim Amerika yang terkenal dan dihormati seperti Wali Kota Khairullah, ini kemudian menimbulkan pertanyaan: apa yang terjadi pada umat Muslim yang tidak memiliki akses dan visibilitas yang dimiliki wali kota?” kata Maksut.
Kelompok tersebut telah meminta pemerintahan Biden untuk menghentikan penyebaran informasi FBI dari apa yang dikenal sebagai Kumpulan Data Penyaringan Teroris yang mencakup ratusan ribu individu.
Kelompok itu memberi tahu Khairullah bahwa seseorang dengan nama dan tanggal lahir yang sama dengannya, ada dalam dataset yang diperoleh pengacara CAIR pada 2019.
Khairullah adalah pengkritik vokal larangan perjalanan Presiden Donald Trump yang membatasi masuknya warga negara dari beberapa negara mayoritas Muslim ke AS.
Dia juga telah melakukan perjalanan ke Bangladesh dan Suriah untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan dengan Masyarakat Medis Amerika Suriah dan Yayasan Watan.
Khairullah terpilih untuk masa jabatan kelima sebagai wali kota pada Januari lalu.
Dia pernah dihentikan oleh pihak berwenang pada 2019 dan diinterogasi di Bandara Internasional John F. Kennedy di New York selama tiga jam dan ditanya apakah dia mengenal teroris.
Insiden itu terjadi ketika dia kembali ke Amerika Serikat setelah kunjungan keluarga ke Turki di mana keluarga istrinya tinggal.
Pada kesempatan lain, dia mengatakan sempat ditahan sebentar di perbatasan AS-Kanada saat dia melakukan perjalanan kembali ke negara itu bersama keluarga.
Kelompok itu mengatakan Khairullah membantu Partai Demokrat New Jersey menyusun nama-nama pemimpin Muslim lokal untuk diundang ke perayaan Idul Fitri Gedung Putih dan selama akhir pekan menjadi tamu di sebuah acara di rumah gubernur New Jersey.
Khairullah lahir di Suriah, tetapi keluarganya mengungsi di tengah penumpasan pemerintah oleh pemerintah Hafez al-Assad pada awal 1980-an. Keluarganya melarikan diri ke Arab Saudi sebelum pindah ke Prospect Park pada 1991. Sejak itu dia tinggal di sana.
Dia menjadi warga negara AS pada 2000 dan terpilih untuk masa jabatan pertamanya sebagai wali kota pada 2001. Dia juga menghabiskan 14 tahun sebagai petugas pemadam kebakaran sukarela di komunitasnya.
ABC NEWS , TEMPO