CakapCakap – Cakap People! Jepang telah memutuskan untuk menambahkan tiga prefektur lagi yang terkena pandemi COVID-19 ke dalam status keadaan darurat. Demikian disampaikan Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura pada hari Jumat, 14 Mei 2021. Ini merupakan sebuah langkah mengejutkan yang mencerminkan ‘kekhawatiran yang meningkat akan penyebaran virus corona.
Reuters melaporkan, Hokkaido, Okayama dan Hiroshima mulai Minggu, 15 Mei 2021, akan bergabung dengan Tokyo, Osaka dan empat prefektur lainnya dalam status keadaan darurat hingga 31 Mei 2021, kata Nishimura, yang juga bertanggung jawab atas penanggulangan virus corona.
Pemerintah pada awalnya mengusulkan deklarasi “semi-darurat” yang lebih menargetkan untuk lima prefektur tambahan.
“Ada berbagai pandangan yang diungkapkan dalam pertemuan (dengan para ahli). Berdasarkan pandangan tersebut, kami menarik kembali proposal awal kami dan membuat proposal baru dan mendapat persetujuan untuk itu,” kata Nishimura kepada wartawan setelah pertemuan.
“Para ahli mengatakan kepada kami bahwa pesan yang kuat harus dikirim ke publik mengingat situasi kritis dengan strain mutan,” kata Nishimura di parlemen saat menjelaskan pencabutan proposal awal pemerintah.
Tiga prefektur akan ditambahkan ke deklarasi yang lebih rendah seperti yang direncanakan.
Meningkatnya deklarasi darurat datang ketika Jepang bergulat dengan gelombang virus COVID-19 yang lebih menular hanya 10 minggu sebelum Olimpiade Tokyo akan dimulai.
Dengan langkah-langkah terbaru itu, 19 dari 47 prefektur Jepang yang mencakup sekitar 70 persen populasinya akan berada di bawah pembatasan yang mencakup penutupan tempat makan pada pukul 20.00 dan larangan alkohol di bar dan restoran.
Dai-ichi Life Research Institute memperkirakan bahwa keadaan darurat sembilan prefektur dapat memangkas sekitar 1 triliun yen dari produk domestik bruto dan memangkas 57.000 pekerjaan selama beberapa bulan mendatang.
Sebuah jajak pendapat Reuters pada hari Jumat menunjukkan ekonomi Jepang akan tumbuh jauh lebih lambat dari yang diharapkan sebelumnya pada kuartal ini, tertatih-tatih oleh pembatasan darurat.
Para ahli mengatakan sumber daya medis sedang kewalahan, sementara inokulasi di Jepang paling lambat dilakukan di antara negara-negara maju lainnya dengan hanya 3% dari populasi yang sudah divaksinasi, menurut data Reuters.
Popularitas Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah terpukul oleh respons penanganan pemerintah terhadap virus corona yang tidak memadai. Jajak pendapat baru oleh Jiji News menempatkan peringkat persetujuan kabinet pada 32,2%, turun 4,4 poin dari survei sebelumnya.