CakapCakap – Cakap People! Puluhan royalis Thailand pendukung raja menggelar unjuk rasa di Bangkok pada Rabu, 21 Oktober 2020, untuk menghadapi aksi protes terhadap pemerintah dan monarki yang telah menarik puluhan ribu orang ke jalan karena melanggar larangan resmi.
Kelompok pengunjuk rasa anti-pemerintah juga mendesak para pendukung untuk kembali berdemonstrasi di hari ketujuh, dengan berkumpul pada pukul 4 sore waktu setempat.
Reuters melaporkan, Rabu, 21 Oktober 2020, kaum royalis atau pendukung monarki Thailand mengatakan, mereka tidak punya masalah dengan pengunjuk rasa yang menyerukan pencopotan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, tetapi mereka tidak boleh menyentuh Raja Maha Vajiralongkorn.
“Saya mohon, lakukan apa yang Anda mau, tapi jangan menyentuh monarki,” kata salah satu royalis Sirimongkol Ruampan, 24 tahun, kepada Reuters. “Saya tidak percaya pada kekerasan. Saya mohon sekali lagi, jangan membawa monarki ke dalam politik”.
Royalis, yang sebagian besar mengenakan pakaian kuning, warna Raja, menyatakan, kegiatan mereka tidak politis dan tidak tunduk pada larangan pertemuan lebih dari lima orang yang diberlakukan oleh pemerintah pekan lalu.
Juru bicara Kepolisian Thailand Yingyos Thepjumnong menyebutkan, semua kelompok yang berdemo akan diperlakukan sama.
“Kami siap untuk kejutan besar setiap hari,” katanya. “Kami perlu menyeimbangkan penegakan hukum dengan perdamaian dan keamanan sosial, tidak peduli di aksi siapa”.
Kelompok pro-royalis turun ke media sosial menggunakan tagar yang diterjemahkan sebagai #WeLoveTheMonarchy untuk menyatakan kesetiaan mereka. Tetapi, itu dibajak oleh pendukung anti-pemerintah yang mem-posting pesan anti-royalis.
Protes telah menjadi tantangan terbesar bagi Thailand selama bertahun-tahun dan telah menarik oposisi paling terbuka terhadap monarki dalam beberapa dekade, meskipun undang-undang lese majeste menetapkan hukuman penjara hingga 15 tahun karena menghina monarki.