Ribuan Warga Saling Berkejaran Untuk Menceburkan Dalam Ritual Cemme Passili via Karebosi Online.
in

Ribuan Warga di Bone Berebutan Menceburkan Diri Ke Sungai, Ada Apa ya?

Indonesia memang memiliki kekayaan berupa keragaman budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Dimana budaya tersebut hingga saat ini juga tetap dilestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur serta agar budaya tersebut tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi penerus.

Dalam hal ini di Sulawesi terdapat sebuah ritual yang unik dan juga menjadi salah satu budaya Indonesia yang sering digelar oleh masyarakat di Desa Ulo, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana ritual tersebut diberi nama ritual Cemme Passili yang biasanya dilaksanakan setelah masa panen.

Cemme passili sendiri berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata yaitu cemme yang berarti mandi dan passili yang berarti membersihkan diri. Biasanya pelaksanaan ritual ini dilakukan mulai pagi hari. Pada saat ritual ini akan dimulai, banyak masyarakat dari desa tetangga yang datang memadati Desa Ulo. Masyarakat yang datang tersebut jumlahnya bisa mencapai ribuan orang demi menyaksikan ritual Cemme passili lho Sobat Millennials Cakapcakap.

Biasanya ritual cemme passili ini dimulai dengan pemotongan kuda lalu dagingnya dimasak serta disajikan untuk para tamu serta kerabat yang datang berkunjung untuk menyaksikan ritual tersebut. Dalam ritual cemme passili ini, dilakukan pemanjatan doa oleh sesepuh adat yang dilanjutkan dengan menceburkan para tokoh adat serta kepala desa ke dalam sungai.

Setelah itu ritual dilanjutkan oleh para warga yang juga ikut menceburkan diri ke sungai. Dalam ritual menceburkan diri ini, baik laki-laki maupun perempuan serta berbagai usia ikut serta dan saling menceburkan diri. Bahkan tak jarang para warga tersebut terlihat saling berkejaran untuk menceburkan rekannya ke sungai.

Tradisi unik ini sebetulnya adalah tradisi turun temurun yang sering digelar setiap setahun sekali. Cemme passili ini juga merupakan hajatan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah. Selain itu ritual ini juga dianggap sebagai ritual tolak bala sehingga pada tahun berikutnya masyarakat tidak dilanda kekeringan.

Menurut kepercayaan masyarakat desa Ulo, sebelumnya ritual ini berawal dari adanya bencana kekeringan yang melanda kawasan desa ini di masa kerajaan Ulo. Pada saat ini sang raja meminta kepada seluruh rakyat untuk berdoa meminta hujan sambil bermain air yang berada di dasar sungai yang hampir kering hingga akhirnya ritual tersebut tetap dilakukan sampai sekarang. [ED/RM]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Malas Bersihkan Rumah Karena Makan Waktu Lama? Ini Triknya!

10 Orang Terkaya di Dunia Tahun 2018 Versi Forbes