CakapCakap – Cakap People! Sebuah restoran Jepang di Manchester, Inggris, viral setelah menolak influencer yang meminta kolaborasi untuk dapat makanan gratis. Lucky Ramen, restoran itu mengatakan bahwa mereka lebih menghargai orang yang makan dengan membayar daripada mereka yang minta gratis.
Restoran itu menceritakan awal mula konfliknya dengan influencer centang biru itu. Pengelola restoran mendapatkan direct message (DM) permintaan kolaborasi makanan gratis dengan imbalan unggahan promosi di media sosial.
Mereka kemudian membagikan tangkapan layar permintaan influencer yang tidak disebutkan namanya itu.
“Hei, maaf, saya tahu ini pemberitahuan singkat, tetapi saya akan berada di Manchester besok dan mencari tempat untuk makan siang bersama pasangan saya, maukah Anda terbuka untuk berkolaborasi dengan saya untuk postingan di cerita dan halamanku.”
Lucky Ramen mengatakan mereka tidak memerlukan ekspos media sosial untuk membayar tagihan.
“Kami senang Anda menghargai makanan kami, tapi hei, kami lebih menghargai pelanggan yang membayar.”
Unggahan itu memicu kemarahan influencer dan mengirim respons ke restoran. “Secara pribadi, menurutku kamu sudah tidak beres. BERANINYA kamu mencoba dan mengekspos kami seperti itu???” dia marah, menurut unggahan Instagram Story Lucky Ramen. “Jadi menurutmu orang seperti kami tidak pantas makan GRATIS??? Kalau-kalau Anda tidak menyadarinya, kami melakukan yang terbaik untuk membantu dan mempromosikan Anda GRATIS!!!”
Dia menambahkan, “Kami tidak berharap banyak, hanya makanan gratis sebagai kompensasi atas waktu, tenaga, dan energi positif yang kami berikan kepada Anda.”
Influencer yang marah tersebut menyatakan bahwa dia tidak akan datang ke Lucky Ramen meskipun makanan dan suasana Lucky Ramen tampak mengundang.
“Kesombonganmu membuatku muak,” tutupnya. “Haha lucu sekali, ada beberapa yang cekikikan tapi kami yang tertawa. Kami pergi ke mana pun kami mau, makan apa pun yang kami mau, dan yang terakhir — semuanya gratis! SIAPA YANG TERTAWA SEKARANG???”
Mengakhiri konflik ini, Lucky Ramen membalas lagi. “Oke, baiklah… Anda mengerti kami! Kami benar-benar minta maaf karena mencoba mengungkap taktik di balik layar Anda kemarin dan, Anda tahu, kami mencoba mencari nafkah dan sebagainya. Hubungi kami dengan DM lainnya, beri tahu kami saat Anda mampir untuk mengambil barang yang memang layak Anda dapatkan, dan jangan lupa untuk memberikan ulasan bintang 5 yang cemerlang di Google dan TripAdvisor,” tambah mereka. “Kami menghargai pengertian Anda dan, sekali lagi, mohon maaf atas ‘ketidaknyamanan’ yang kami timbulkan. Selamat makan + Arigato-the-f–k-outta-here.”
Unggahan tersebut mendapatkan perhatian, banyak pengguna media sosial yang menyatakan dukungannya terhadap respons tegas restoran tersebut, sambil menyoroti isu yang sedang berlangsung mengenai influencer yang mencari layanan gratis.
“Sebagai seseorang yang mengelola influencer dan selebritas, menurut saya perilaku ini mengerikan!” kata Carla Speight, the founder of a talent and PR agency, dalam komentarnya. “Saya menduga mereka memiliki feed yang berisi foto selfie, kutipan inspiratif di keterangannya, dan tidak ada nilai nyata dalam kontribusi mereka ke media sosial?” kata dia.
Fenomena influencer yang menawarkan kolaborasi dengan restoran banyak terjadi di berbagai kota. Sebagian menerima sebagai karena berharap dapat promosi, tapi sejumlah restoran memilih menolak tawaran itu.
Dampak media sosial terhadap bisnis restoran memiliki kelebihan dan kekurangan, tulis agen pemasaran digital kreatif Casa Media. Di satu sisi, platform media sosial adalah ‘tempat’ baru untuk mencari tempat makan, dan informasi langsung tersedia bagi mereka yang membutuhkannya. Selain itu, ini dapat mendatangkan lebih banyak kunjungan ke restoran. Namun, media sosial juga menyebabkan penyebaran hal-hal negatif yang punya pengaruh besar terhadap brand restoran.
NEW YORK POST | BORED PANDA | TEMPO