CakapCakap – Cakap People! Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah resmi menarik peredaran obat Ranitidin pada Kamis, 4 Oktober 2019. Langkah itu diambil setelah US Food and Drug Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA), menemukan cemaran N-Nitrosodimethylamine (NDMA) pada Ranitidin. NDMA bersifat karsinogenik sehingga dikaitkan dengan pemicu perkembangan sel kanker.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang obat Ranitidin, berikut adalah beberapa faktanya, seperti yang telah dilansir TEMPO dari situs Web MD, Medicine Net, dan Drugs.com.
1. Kegunaan obat
Ranitidin adalah salah satu obat yang terbukti ampuh untuk mengatasi masalah pada organ lambung dan usus. Beberapa penyakit yang bisa disembuhkan tersebut meliputi maag, esofagitis erosif, refluks gastroesofageal atau GERD, dan sindrom Zollinger-Ellison.
2. Cara kerja
Ranitidin termasuk dalam golongan obat H2 blocker, setara dengan beberapa jenis obat seperti Famotidine dan Nizatidine. Cara kerja obat tersebut ialah dengan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan oleh perut pasien. Ia juga bisa meredakan gejala seperti batuk yang tidak kunjung sembuh, sakit perut, mulas, dan kesulitan menelan.
3. Efek samping
Penggunaan Ranitidin bisa menyebabkan beberapa efek samping yang ringan, seperti sakit kepala, sembelit, atau diare. Namun, efek samping yang lebih serius juga bisa dialami termasuk penglihatan kabur, perubahan suasana hati, misalnya agitasi, kebingungan, depresi, halusinasi, kelelahan, detak jantung tidak teratur, dan warna urin yang gelap.
4. Kondisi tubuh yang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi Ranitidin
Ada beberapa kondisi tubuh yang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi Ranitidin. Salah satunya adalah mereka yang alergi dengan Ranitidin. Meski angkanya sangat kecil, namun reaksi seperti ruam, gatal atau bengkak, terutama pada wajah/ lidah/tenggorokan, pusing parah, kesulitan bernapas, bisa menjadi tanda untuk menghentikan konsumsinya. Pasien dengan penyakit ginjal, hati, atau porfiria juga tidak disarankan untuk mengonsumsi Ranitidin karena efeknya yang bisa memperparah kondisi kesehatan.