CakapCakap – Cakap People! Puing-puing dari roket yang mendorong bagian dari stasiun ruang angkasa baru China ke orbit jatuh ke laut di Filipina pada Minggu, 31 Juli 2022. Beijing telah menghadapi kritik karena membiarkan bagian roket jatuh ke Bumi tidak terkendali dua kali sebelumnya.
Puing roket yang jatuh merupakan tahap roket sekitar 25 ton (23 metrik ton), yang diluncurkan pada 24 Juli untuk mengirimkan modul kabin laboratorium WenTian ke stasiun ruang angkasa Tiangong. Tahap pertama roket, pendorongnya, biasanya merupakan bagian yang paling besar dan paling kuat.
Biasanya, lintasan pendorong roket direncanakan sehingga bisa menghindari orbit dan jatuh ke laut tanpa membahayakan. Ada juga skenario puing roket akan masuk kembali ke atmosfer terkontrol dengan beberapa ledakan dari mesin mereka.
Tetapi mesin pendorong Long March 5B tidak dapat dihidupkan kembali setelah berhenti, membuat pendorong itu berputar mengelilingi Bumi sebelum mendarat di lokasi yang tidak terduga. Ini adalah ketiga kalinya dalam dua tahun China membuang roketnya secara tidak terkendali.
Pada Mei 2021, puing-puing roket mendarat tanpa bahaya di Samudra Hindia. Namun insiden pertama, pada Mei 2020, menyebabkan benda-benda logam dilaporkan menghujani desa-desa di Pantai Gading, meskipun tidak ada laporan korban luka.
Karena ukurannya yang sangat besar, booster Long March 5B dapat sangat rentan terhadap risiko selama masuk kembali yang tidak terkontrol. Artinya, sebagian massa puing tidak terbakar dengan aman di atmosfer.
“Aturan umum adalah bahwa 20 persen hingga 40 persen dari massa benda besar akan mencapai tanah, tetapi jumlah pastinya tergantung pada desain objek,” Marlon Sorge, ahli puing-puing ruang angkasa di The Aerospace Corporation, mengatakan dalam Q&A online, dilansir dari Space, Ahad, 31 Juli 2022.
Apa Risikonya?
Menurut The Aerospace Corporation, karena lebih dari 88 persen populasi dunia terletak di bawah jejak orbit roket, beberapa puing yang masih hidup dapat mendarat di daerah berpenduduk. Tetapi Ted Muelhaupt, pakar dan konsultan ruang angkasa di The Aerospace Corporation mengatakan kemungkinan puing-puing ini membahayakan seorang berkisar dari 1 dalam 1.000 hingga 1 dalam 230 dan risiko untuk satu individu jauh lebih rendah-sekitar 1 dalam 6 triliun hingga 1 dalam 10 triliun.
Sebagai perbandingan, kemungkinan tersambar petir kira-kira 80 ribu kali lebih besar. Ambang risiko korban yang diterima secara internasional untuk masuknya kembali roket yang tidak terkendali adalah 1 dalam 10 ribu, menurut laporan 2019 yang dikeluarkan oleh U.S. Government Orbital Debris Mitigation Standard Practices.
Terlepas dari risiko kerusakan pada orang atau properti yang relatif rendah, keputusan China untuk meluncurkan roket tanpa opsi untuk masuk kembali secara terkendali telah menarik beberapa teguran keras dari para pakar luar angkasa AS.
Klik DI SINI untuk meneruskan membaca, Cakap People!