CakapCakap – Cakap People! Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan bahwa vaksin COVID-19 akan digratiskan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Ini mengubah keputusan pemerintah sebelumnya yang membatasi program vaksinasi gratis hanya untuk pekerja kesehatan garis depan dan orang miskin.
“Jadi setelah menerima banyak masukan dari masyarakat dan setelah melakukan kalkulasi ulang, melakukan perhitungan ulang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin COVID-19 untuk masyarakat adalah gratis. Sekali lagi gratis, tidak dikenakan biaya sama sekali,” kata Presiden Jokowi melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu, 16 Desember 2020.
Hari ini dapat saya sampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk seluruh warga masyarakat adalah GRATIS. Dan saya akan menjadi yang pertama menerima vaksin.
Tidak ada alasan masyarakat tidak mendapatkan atau meragukan keamanan vaksin. pic.twitter.com/BnSbbkq3Zj
— Joko Widodo (@jokowi) December 16, 2020
Dengan demikian, Indonesia akan mengikuti negara demokrasi padat penduduk lainnya seperti India, Amerika Serikat, dan Brasil, yang telah menjanjikan vaksinasi COVID-19 gratis untuk warganya.
Sebelumnya, pemerintah merancang dua skema vaksinasi COVID-19, yakni vaksinasi gratis (subsidi) dan berbayar (mandiri). Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, terdapat 107 juta penduduk kelompok prioritas yang menjadi target pemerintah untuk penyuntikan vaksin.
Dari jumlah tersebut, diperkirakan sekitar 32 juta orang gratis dan 75 juta orang harus membayar untuk mendapatkan vaksin.
“Iya, jadi perkiraan awal angka seperti itu untuk mencapai 67 persen orang yang diimunisasi,” ujar Nadia kepada Kompas.com, Selasa, 8 Desember 2020.
Perusahaan farmasi milik negara, Bio Farma, memperkirakan bahwa vaksin COVID-19 yang diproduksi dalam kemitraan dengan Sinovac Biotech China akan menelan biaya Rp 200.000 (US$ 14) per dosis.
Namun, rencana tersebut mendapat reaksi keras dari publik. Petisi online untuk membuat vaksinasi gratis yang diprakarsai oleh Sulfikar Amir, seorang ahli sosiologi bencana Indonesia di Nanyang Technological University Singapura, telah mengumpulkan lebih dari 8.400 tanda tangan dan menjadi viral di media sosial dalam seminggu terakhir.
Pembayaran vaksin COVID-19 merupakan “komersialisasi yang dapat menggagalkan program vaksinasi COVID-19 karena tidak ada jaminan setiap warga negara Indonesia mau dan mampu membayar biaya vaksin,” kata Sulfikar dalam petisi tersebut, melansir Jakarta Globe.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, National Immunization Technical Advisory Group (Nitag), UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap 115.000 responden dari 34 provinsi di seluruh Indonesia pada bulan September juga mengungkapkan bahwa banyak masyarakat yang masih enggan membayar vaksin tersebut.
Sebagaimana diketahui, vaksin COVID-19 Sinovac dari China untuk gelombang pertama telah tiba di Indonesia pada Minggu, 6 Desember 2020. Jumlahnya sebanyak 1,2 juta dosis.