CakapCakap – Cakap People! Populasi dunia diperkirakan mencapai puncaknya sebanyak 9,7 miliar orang pada 2064, dan kemudian berkurang menjadi sekitar 8,8 miliar pada akhir abad ini, saat perempuan mendapat akses lebih baik pada pendidikan dan kontrasepsi.
Melansir CNN, hasil studi terbaru itu juga menunjukkan pada 2100, sebanyak 183 dari 195 negara tidak akan memiliki tingkat kesuburan yang diperlukan untuk menjaga populasi saat ini, diproyeksikan 2,1 kelahiran per wanita.
“Sekitar 23 negara, termasuk Jepang, Thailand, Italia dan Spanyol akan mengalami penyusutan populasi hingga lebih dari 50%,” demikian diungkapkan para peneliti dari Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington’s School of Medicine.
Meski demikian, populasi sub-Sahara Afrika dapat meningkat tiga kali lipat, sehingga hampir setengah populasi dunia adalah Afrika pada akhir abad ini.
Studi pemodelan yang dirilis di The Lancet juga memperkirakan penurunan dramatis populasi usia kerja di negara-negara termasuk India dan China yang akan merusak pertumbuhan ekonomi dan dapat berdampak negatif pada tenaga kerja dan sistem dukungan sosial.
Namun saat tingkat kesuburan turun, para peneliti menekankan bahwa imigrasi dapat menutupi penurunan populasi, terutama di negara-negara dengan kesuburan rendah seperti Amerika Serikat (AS), Australia dan Kanada.
“Dunia, sejak 1960-an, sangat fokus pada yang disebut ledakan populasi. Tiba-tiba, kita sekarang melihat ini sebagai titik balik di mana sangat jelas bahwa kita dengan cepat berubah dari masalah terlalu banyak orang menjadi terlalu sedikit,” papar Dr Christopher Murray yang memimpin riset itu pada CNN.
Menggunakan data dari Studi Beban Penyakit Global 2017, para peneliti memprediksi populasi yang turun tercepat ada di Asia dan Eropa timur serta tengah.
Populasi di Jepang akan berkurang dari sekitar 128 juta orang pada 2017 menjadi 60 juta pada 2100. Thailand berkurang dari 71 menjadi 35 juta, Spanyol dari 46 jadi 23 juta. Italia dari 61 menjadi 31 juta jiwa. Portugal turun dari 11 juta menjadi 5 juta. Korea Selatan turun dari 53 juta menjadi 27 juta.
Sebanyak 34 negara, termasuk China, juga akan mengalami penurunan populasi hingga 50%.
Murray mengatakan bahwa populasinya tidak hanya akan menyusut, tetapi masyarakat umumnya akan lebih tua, yang akan berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi.
Para peneliti memproyeksikan bahwa populasi Afrika sub-Sahara dapat meningkat tiga kali lipat sepanjang abad ini, dari perkiraan 1,03 miliar populasi pada 2017 menjadi 3,07 miliar pada 2100.
Afrika Utara dan Timur Tengah adalah satu-satunya wilayah lain yang diprediksi memiliki populasi lebih besar pada 2.100 dibandingkan pada 2017, dengan perkiraan 978 juta dibandingkan dengan 600 juta.
Studi ini juga memprediksi perubahan besar dalam struktur usia global saat kesuburan turun dan harapan hidup meningkat, dengan perkiraan 2,37 miliar orang berusia lebih dari 65 tahun secara global pada tahun 2100, dan sebanyak 1,7 miliar di bawah usia 20 tahun.
Jumlah global orang yang lebih tua dari usia 80 dapat meningkat enam kali lipat, dari 141 juta menjadi 866 juta. Sementara itu, jumlah anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan menurun lebih dari 40% — dari 681 juta pada 2017 menjadi 401 juta pada 2.100.