CakapCakap – Cakap People! Kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joseph R. Biden Jr, pada hari Selasa, 11 Agustus 2020, waktu setempat, menunjuk Senator Partai Demokrat, Kamala Harris dari California sebagai pasangannya untuk menjadi calon wakil presiden Amerika Serikat.
Penunjukkan ini menjadikan Harris sebagai wanita kulit hitam pertama dalam tiket kepresidenan partai besar dalam sejarah Amerika Serikat. Harris dinilai akan menjadi pasangan yang cocok untuk menyerang calon Presiden dari Partai Republik Donald Trump.
Melansir The New York Times, Rabu, 12 Agustus 2020, Kamala Harris adalah mantan saingan Joe Biden dalam nominasi presiden yang telah dengan tajam pernah mengkritiknya dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat tetapi kemudian muncul sebagai pendukung vokal Biden dan pendukung terkemuka undang-undang keadilan rasial setelah kematian George Floyd pada akhir Mei saat ia sudah mengakhiri kampanyenya.
Harris, 55, adalah wanita kulit hitam pertama dan orang pertama keturunan India yang dinominasikan untuk jabatan nasional partai besar, dan menjadi wanita keempat dalam sejarah yang dipilih untuk meraih tiket dalam pemilihan presiden mereka. Dia membawa gaya kampanye yang jauh lebih kuat daripada Biden, termasuk dalam mengabadikan momen-momen politik di panggung debat dan di tempat lain, serta identitas pribadi dan kisah keluarga yang menurut banyak orang menginspirasi.
Seorang moderat pragmatis yang menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai jaksa, Harris munucl sebagai salah satu pilihan teraman Biden selama proses pencarian kandidat calon wapres yang bakal mendampinginya. Harris dinilai dapat diandalkan dari partai Demokrat, dengan prioritas kebijakan yang fleksibel yang sebagian besar mencerminkan Biden, dan para pendukungnya berpendapat bahwa dia dapat memperkuat daya tarik Biden kepada para pemilih dan wanita kulit hitam tanpa menimbulkan oposisi yang keras di sayap kanan atau kiri.
“Saya telah memilih Kamala Harris sebagai pasangan saya. Bersama denganmu, kami akan mengalahkan Trump,” kata Biden saat mengumumkan hal tersebut kepada para pendukungnya melalui pesan teks dan email.
Biden dan Harris dijadwalkan tampil bersama di Wilmington, Del, pada hari Rabu.
Setelah pencalonan presidennya sendiri gagal tahun lalu, banyak orang Demokrat yang memperkirakan Harris bakal mencoba mencalonkan diri kembali untuk Gedung Putih di masa depan. Dengan memilihnya sebagai mitra politiknya saat ini, Biden kemungkinan akan mengangkatnya sebagai pemimpin de facto partai Demokrat dalam empat atau delapan tahun mendatang.
Dalam sebuah posting Twitter hari Selasa, 11 Agustus 2020, Harris mengatakan bahwa ini adalah sebuah kehormatan bagi dirinya dapat bergabung dengan Biden dalam tiket pemilihan tersebut. “Joe Biden bisa mempersatukan rakyat Amerika karena dia menghabiskan hidupnya untuk berjuang untuk kita,” tulisnya.
Harris dinilai sebagai sosok yang meningkat dalam politik Demokrat sejak sekitar pergantian abad. Ia juga disebut sebagai perwakilan multiras negara di masa depan yang percaya diri.
Sepanjang kebangkitannya, Harris telah mengobarkan semangat Partai Demokrat dengan kisah pribadi yang membedakannya bahkan dalam peleburan politik yang beragam di California: dia adalah putri dari dua akademisi imigran. Ibunya adalah keturunan India-Amerika dan ayahnya dari Jamaika. Harris dibesarkan di Oakland dan Berkeley.Ia menempuh pendidikan di Howard University dan mengejar karir di bidang peradilan pidana sebelum akhirnya menjadi wanita kulit hitam kedua yang pernah terpilih menjadi Senat.
Setelah meninggalkan perlombaan pemilihan presiden pada bulan Desember 2019 lalu, Harris kembali fokus ke Senat dan menemukan tujuan baru di tengah gelombang protes nasional musim semi ini terhadap rasisme dan kebrutalan polisi. Dia berbaris di samping para pengunjuk rasa dan dengan gigih memperjuangkan proposal untuk merombak kepolisian dan membuat hukuman mati tanpa pengadilan sebagai kejahatan federal.