CakapCakap – Cakap People! Donald Trump dan rivalnya di pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2020, Joe Biden, meningkatkan pengeluaran kampanye pada bulan Juli, menurut data yang diajukan kepada Komisi Pemilihan Federal.
Menurut laporan Reuters, Jumat, 21 Agustus 2020, Biden, yang menerima pencalonan Partai Demokrat pada hari Kamis, 20 Agustus 2020, untuk menantang Trump dalam pemilihan 3 November 2020 mendatang, telah menghabiskan hampir 60 juta dolar AS, sedangkan incumbent Donald Trump yang kembali maju dalam pemilihan presiden AS 2020 itu menghabiskan 65 juta dolar AS.
Trump, yang memulai penggalangan dana untuk kampanye pemilihannya kembali hanya beberapa bulan setelah menjabat pada 2017, memiliki kepemilikan tunai sekitar dua kali lipat dari Biden pada bulan April ketika Biden menjadi calon de facto partainya. Pada Juli, kampanye Trump memiliki sekitar 121 juta dolar AS dibanding Biden sekitar 99 juta dolar.
Pernyataan dari setiap kampanye bulan ini menunjukkan bahwa tumpukan uang mereka kira-kira setara.
Biden berencana untuk meningkatkan pengeluaran iklan dalam beberapa bulan mendatang, dan pertemuan itu bisa menjadi pemilu AS termahal dalam sejarah.
Pada bulan Juli, Biden menghabiskan lebih dari 46 juta dolar AS atau sekitar lebih dari Rp 671,6 milar (kurs Rp 14.600) untuk televisi dan iklan media lainnya. Untuk pengeluaran keseluruhan yang lebih dari 60 persen di atas level bulan Juni.
Kampanye Trump turun lebih dari 44 juta dolar AS atau sekitar lebih dari Rp 642,4 miliar untuk iklan pada bulan Juli, dengan pengeluaran keseluruhan meningkat sekitar seperempat selama bulan sebelumnya.
Joe Biden Tunjuk Kamala Harris sebagai calon wakil presidennya
Joseph R. Biden Jr, pada hari Selasa, 11 Agustus 2020, waktu setempat, menunjuk Senator Partai Demokrat, Kamala Harris dari California sebagai pasangannya untuk menjadi calon wakil presiden Amerika Serikat.
Penunjukkan ini menjadikan Harris sebagai wanita kulit hitam pertama dalam tiket kepresidenan partai besar dalam sejarah Amerika Serikat. Harris dinilai akan menjadi pasangan yang cocok untuk menyerang calon Presiden dari Partai Republik Donald Trump.
Melansir The New York Times, Rabu, 12 Agustus 2020, Kamala Harris adalah mantan saingan Joe Biden dalam nominasi presiden yang telah dengan tajam pernah mengkritiknya dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat tetapi kemudian muncul sebagai pendukung vokal Biden dan pendukung terkemuka undang-undang keadilan rasial setelah kematian George Floyd pada akhir Mei saat ia sudah mengakhiri kampanyenya.