in ,

Petani Buah di Jepang Ini “Mempekerjakan” Burung Hantu Sebagai Pengendali Hama Tikus

Seekor burung hantu dapat berburu hingga 10 tikus per malam, dan saat burung berkembang biak, keefektifannya juga meningkat.

CakapCakapCakap People! Tikus ladang bisa berdampak serius pada keuntungan pemilik kebun apel di Jepang, jika dibiarkan. Selama berabad-abad, banyak petani di negara itu mengandalkan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus itu ke tingkat yang dapat diatur, dan penelitian telah menunjukkan bahwa predator malam itu sangat efisien.

Burung hantu Ural telah membuat sarang mereka di perkebunan yang memiliki populasi hewan pengerat yang tinggi untuk waktu yang sangat lama, tetapi petani apel Jepang adalah orang pertama yang menyadari efek menguntungkan predator bersayap itu pada kebun mereka dan para petani itu secara aktif mencoba menggunakan burung hantu itu sebagai sarana alami untuk pengendalian hama.

Selain mengizinkan burung hantu untuk membuat sarang di cekungan pohon, para petani juga mulai memasang rumah pohon buatan untuk mendorong burung hantu agar tidak menetap di sarang mereka. Mereka segera menyadari bahwa burung hantu menurunkan populasi tikus secara signifikan, yang berarti pohon di perkebunan mereka menjadi lebih sehat dan mendapat keuntungan lebih besar.

Ilustrasi burung hantu Ural. [Foto: Pixabay]

Sebagaimana diketahui, buah-buahan segar adalah bisnis besar di Jepang, sehingga petani tidak boleh kehilangan sebagian besar produksinya. Menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya tidak selalu menjadi pilihan, terutama di pertanian organik, begitu banyak pemilik kebun mengandalkan burung hantu Ural (dinamai seperti Pegunungan Ural, di Rusia) untuk mengawasi hewan-hewan pengerat di kebun mereka.

Meskipun penggunaan burung hantu telah menjadi tradisi di Jepang selama bertahun-tahun, efisiensi burung sebagai alat pengendalian hama juga telah dikonfirmasi oleh penelitian modern.

Dalam sebuah studi tahun 2018, tim ilmuwan Jepang menghitung efek pengendalian hama burung hantu Ural yang berkembang biak di kebun apel, dan menemukan bahwa predator malam hari itu mengurangi populasi tikus yang diperkirakan sebesar 63% di wilayah perkembangbiakan mereka, dibandingkan dengan kebun yang tidak memiliki aktivitas burung hantu.

“Karena burung hantu Ural yang berkembang biak memberikan efek pengendalian hama yang signifikan di dalam wilayah perkembangbiakan mereka, pengenalan kembali pasangan burung hantu Ural yang berkembang biak di dalam kebun akan berkontribusi pada pengendalian hama hewan pengerat,” studi itu menyimpulkan, melansir Oddity Central.

“Mempromosikan reproduksi raptor asli di area pertanian dapat menjadi pilihan untuk mengembangkan pengelolaan hama terpadu sekaligus menjaga keanekaragaman hayati regional.”

Ilustrasi perkebunan apel. [Foto: Pixabay]

Seekor burung hantu dapat berburu hingga 10 tikus per malam, dan saat burung berkembang biak, keefektifannya juga meningkat.

Penggunaan burung hantu tidak hanya terjadi di Jepang. Faktanya, kebun anggur dan kebun buah-buahan di Amerika Serikat juga telah menggunakannya selama beberapa dekade. Tapi burung hantu bukan satu-satunya burung yang bisa menggantikan pestisida. Di Thailand, mereka menggunakan kawanan ribuan bebek yang lapar untuk membersihkan sawah petani dari hama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

China Berhasil Nyalakan ‘Matahari Buatan’ Bertenaga Nuklir Untuk Pertama Kalinya

Pria Ini Tanpa Sadar Telah Berjalan Kaki Sepanjang 420 Kilometer Tanpa Henti Setelah Bertengkar Dengan Istrinya