in

Perusahaan Elon Musk Dapatkan Kontrak Senilai Rp 4,6 Triliun dari NASA, Tugasnya Meluncurkan Benda ke Orbit Bulan

Pengiriman bakal dilakukan memakai roket Falcon Heavy

CakapCakap – Cakap People, SpaceX merupakan perusahaan transportasi luar angkasa kepunyaan Elon Musk. Kali ini, perusahaan itu memperoleh tender yang besar dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Nilai kontraknya pun sangat fantastis, yakni 330 juta dolar AS atau sekitar Rp 4,6 triliun. Dikutip Kompas dari CNN, kontrak tersebut demi memenuhi kebutuhan peluncuran dua bagian penting dalam pembuatan stasiun luar angkasa di masa depan dalam orbit Bulan yang bernama Gateway.

Proyek Gateway atau Lunar Orbital Platform-Gateway (LOP-G) adalah bagian dari program antariksa Artemis yang direncanakan oleh pemerintah AS. Targetnya guna mendaratkan astronot wanita dan pria di permukaan bulan pada 2024 mendatang.

Elemen Dasar Gateway Bakal Diluncurkan SpaceX

Roket falcon heavy yang rencananya bakal digunakan. Gambar via qz.com

Salah satu perusahaan Elon Musk itu akan mengirimkan elemen dasar Gateway, yakni mencakup unit besar yang berbentuk kotak guna dimanfaatkan sebagai layanan tenaga serta komunikasi ke stasiun luar angkasa, dan modul silinder yang berfungsi sebagai tempat tinggal astronot.

Pengiriman tersebut bakal dilakukan memakai roket Falcon Heavy. Wacana itu sekaligus menandai kembalinya manusia ke Bulan pasca program Apollo NASA yang usai pada sekitar 5 dekade lalu.

Roket Falcon Heavy digadang sebagai roket komersial terkuat di dunia. Sebab mampu menggotong muatan besar menuju orbit serta dimanfaatkan guna mendukung misi perjalanan ruang angkasa ke bulan atau Mars. Menurut NASA, peluncuran paling cepat akan dilakukan pada Mei 2024.

SpaceX Memakan Biaya Lebih Murah

SpaceX merupakan salah satu perusahaan Elon Musk yang bergerak di bidang transportasi luar angkasa. Gambar via bloomberg.com

Kesepakatan yang terjadi antara NASA dan SpaceX seolah menjawab rencana tentang pembangunan permukiman manusia di bulan yang kemungkinan sangat tergantung pada roket dari perusahaan Musk tersebut.

Sebab diketahui jika roket SpaceX memakan biaya yang lebih murah dibanding roket dari perusahaan lain. Sebelumnya demi mendukung program Artemis telah dipersiapkan roket kelas berat buatan United Launch Alliance bernama Space Launch System (SLS) yang merupakan perusahaan patungan dari Boeing dan Lockheed Martin.

Tapi melalui uji coba SLS yang direncanakan tahun 2017 mengalami kemunduran hingga 2021. Selain itu, biayanya juga cukup mahal sehingga memicu argumen jika NASA harus pindah haluan ke roket komersial yang berbiaya murah dan lebih siap terbang.

SpaceX sendiri termasuk salah satu dari sekian perusahaan transportasi luar angkasa yang bersaing mendapatkan kontrak dengan proyek bersama NASA, yakni tentang penyedia kendaraan yang bakal ditumpangi astronot dari Gateway menuju permukaan bulan Cakap People.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

12 Barang Gratifikasi Presiden Jokowi Ini Diserahkan ke Negara, Totalnya Capai Rp 8,7 Miliar

Korea Selatan Longgarkan Pembatasan COVID-19 di Tengah Persiapan Rencana Vaksinasi