CakapCakap – Cakap People! Wabah penyakit akibat virus corona baru, kini telah memiliki nama. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) pada Selasa, 11 Februari 2020, akhirnya memberikan nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru itu, yaitu COVID-19.
Dilansir dari The New York Times, Rabu, 12 Februari 2020, nama COVID-19 merupakan akronim dari Coronavirus Disease 2019, atau penyakit virus corona 2019, karena penyakit ini pertama kali terdeteksi menjelang akhir tahun 2019.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mencatat bahwa nama baru itu (COVID-19) tidak merujuk pada siapa pun, tempat atau hewan yang terkait dengan virus corona. Tujuannya adalah untuk menghindari stigma.
Di bawah pedoman internasional, WHO yang berbunyi: “Harus menemukan nama yang tidak merujuk pada lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan yang juga dapat diucapkan dan terkait dengan penyakit ini,” katanya di Twitter.
Jadi, dibawah pedoman yang dikeluarkan pada tahun 2015 tersebut, WHO menyarankan agar tidak menggunakan nama tempat seperti Ebola dan Zika — di mana penyakit-penyakit itu pertama kali diidentifikasi, dan yang sekarang — virus corona baru — ini, publik mungkin berpikir akan diberikan nama sesuai dengan tempat asal virus itu bermula, tetapi tak demikian.
Sementara itu, nama-nama orang — biasanya merujuk pada para ilmuwan yang mengidentifikasi penyakit — juga dilarang, seperti “istilah yang memicu ketakutan yang tidak semestinya” seperti “tidak diketahui” atau “fatal”, kata WHO.
Korban meninggal dunia akibat virus corona ini terus meningkat, kata pejabat China, Selasa, 11 Februari 2020.
Tedros mengatakan bahwa 1.017 orang telah meninggal dunia karena virus corona. Jumlah infeksi yang dikonfirmasi di China juga meningkat, menjadi setidaknya 42.700 dari sekitar 40.000 sehari sebelumnya.
Ada sebanyak 393 COVID-19 kasus di luar negeri, dengan total 24 negara.
“Dengan 99 persen kasus di China, ini tetap sangat darurat bagi negara itu, tetapi memiliki ancaman sangat besar bagi seluruh dunia,” kata Dr. Tedros.
Dengan perkiraan bahwa vaksin virus corona ini butuh waktu 18 bulan hingga vaksin pertama tersedia, “kita harus melakukan semuanya hari ini menggunakan senjata yang tersedia,” katanya, dilansir The Guardian, Rabu, 12 Februari 2020.
Meningkatnya jumlah diagnosis pada pasien yang belum pernah mengunjungi China bisa menjadi “puncak gunung es”, tambahnya.
2 Comments
Leave a Reply2 Pings & Trackbacks
Pingback:Virus Corona Bisa Bunuh 45 Juta Orang dan Menginfeksi 60 Persen Populasi Global Jika Tidak Bisa Dikendalikan - CakapCakap
Pingback:Virus Corona: Petugas Medis Ini Berjalan Kaki Ke Rumah Sakit Wuhan, Suaminya Menemani dengan Mengemudi di Belakangnya - CakapCakap